Bahasa Travel

Thailand Lopburi - street sign

Bacain! Bacain dong!

Halo friends, saya ingin sharing tentang pengalaman saya adaptasi dengan BAHASA, keluyuran selama 3,5th di 40-50-an negara gini. Banyak yang takut keluyuran di negara asing karena kendala bahasa. Apalagi kalau negara tujuan tak kenal Bahasa Indonesia dan Inggris.

Kami nggak pernah menghindari suatu negara karena bahasa, dan nyatanya kami bisa-bisa saja kok survive 🙂

#BahasaTravel yang paling ampuh berdasar pengalaman adalah Inggris.

Bisa dianggap ini adalah bahasa yang paling universal.

Saya mulai belajar Bahasa Inggris di SMP. Dulu nilai Inggris saya empot-empotan mulu, nggak jarang 3 digit di bawah nilai Mat/IPA saya. Sembilan tahun belajar Bahasa Inggris di sekolah, tetep payah. Kenal Ryan satu tahun, langsung ningkat. Intinya, kalau mau Bahasa Inggris bagus, rajin-rajin praktek!

Laos - Luang Prabang - Monk Novice Khao and 1000 rupiah

Luang Prabang, Laos. Monk novice (sramanera) pun belajar Bahasa Inggris. Ini Khao, sedang praktek Inggrisnya dengan saya. Sedangkan temannya kurang nekad berbicara. Khao memberiku uang seribu rupiah!! Where did you get it, Khao?

Saya nggak akan ngaku-ngaku bisa banyak bahasa. Bagi saya, untuk bilang “saya bisa bahasa ini”, saya harus mampu ngobrol dalam bahasa itu. Nggak sekedar buat nawar harga. Bahasa apa yang saya bisa? Cuma Indonesia dan Inggris. Jawa dan Surabaya kasaran juga bisa. Tapi krama inggil payah ampun-ampunan. -_- Bahasa yang saya bisa di tingkat dasar, karena pernah kursus, adalah Prancis dan Jepang. Tapi dasar banget ini. Sedangkan Ryan bisa Bahasa Inggris dan Jepang dengan fasih, dan Prancis tingkat anak sekolahan (2nd languagenya di Kanada). Pengalaman traveling di Eropa Barat, selama ini nggak perlu bahasa lain selain Inggris. Di mana-mana, orang bisa Inggris sedikit-sedikit. Di Spanyol pun orang-orang bisa Inggris sedikit-sedikit. Malah di Amerika Tengah yang berbahasa nasional Spanyol, banyak orang yang Inggrisnya NOL. Bahasa Inggris orang Amerika Tengah yang aku sebut nol ini, mereka bahkan nggak ngerti angka dan kata-kata gampang seperti drink, eat, food, ataupun how much. Nah dalam kasus Amerika Tengah ini, kita mau nggak mau saya belajar bahasa Spanyol sedikit. Padahal di negara Spanyol sendiri, pakai Bahasa Inggris terus. Dalam rangka belajar bahasa Spanyol, saya beli buku saku panduannya. Itu cukup. Ada percakapan dalam segala skenario. Misal pengucapan kita salah, bisa tunjuk-tunjuk kalimat tersebut di buku. Asal orangnya nggak buta huruf aja (bukannya nggak mungkin, haha).

Banyak orang kita yang malu-malu dalam berbahasa Inggris.

Jangan! Nggak harus sempurna, yang penting pesan tersampaikan.

Di lokasi yang nggak berbahasa Inggris, bicara bahasa Inggris biasanya perlu diimbangi dengan Bahasa Tubuh. Ayo latihan =D

Thailand Lopburi - Prang Sam Yot - I love you Monkey

Bahasa tubuh: Aku sayang padamu! (Prang Sam Yot, Lopburi, Thailand)

Deteksilah kemampuan Inggris lawan bicara kamu. Kalau mereka bisanya basic banget, jangan pakai kalimat, tapi sebutkan kata-kata kunci satu per satu dengan jelas. Misalnya, daripada bilang “I can’t eat pork”, bilang satu per satu “pork” dan “no” sambil kibas-kibas tangan menandakan “no”. Aku alergi sama udang. Kalau makan udang bisa koit. Dan ini nggak cuma udang wungkul gede, tapi petis udang aja nggak bisa. Di Thailand, banyak makanan yang mengandung udang tersembunyi. Kata-kata kunci yang aku pakai: shrimp, prawn, no, allergy, dan dead. Bilang dead-nya ini sambil bergaya tepar. Ini gara-gara ngotot mau makan pad thai yang biasanya banyak ebi-nya. Kami sebenarnya nggak terlalu suka keluyuran di daerah main stream tourism, sukanya melenceng yang lebih jarang ada turis. Di negara yang tak berbahasa Inggris, semakin jauh dari pengaruh turis, semakin parah ilmu Inggris mereka. Di sini pengetahuan bahasa lokal, meski minimum, sangat berguna. Sudah pernah dengar kisah kami nyasar di pedalaman Laos, dan motor bobrok kami mogok total?

Laos - Vieng Xai get lost

Berusaha ke Vieng Xai, Laos. Sudah nyasar, pakai mogok pula! Dasar motor bobrok! Kemudian ditolong warga desa, yang hatinya sangat mulia, tapi Inggrisnya NOL besar.

Selain itu, kami juga pernah hitchhike di antah berantah Laos,  ke orang-orang yang Bahasa Inggris-nya nol! Di sini, 1 mobil lewat dengan frekuensi sekali dalam 10-30 menit. Haha. Kalau gagal, harus jalan kaki 30-an km di gunung. Kenapa nggak naik kendaraan umum? Karena nggak ada sama sekali, haha! Bayangkan, hitchhike berarti kami harus bisa menyampaikan mengapa kami menyetop mobil mereka (yg jarang terjadi), memberi tahu kami hendak menumpang ke kota mana. Rata-rata mereka pergi jarak pendek. Jadi kita harus mengerti saat mereka bilang mereka hanya bisa mengantar hingga ke mana. Ini btw kita juga nggak tahu jalan, ahahaha… Ilmu Bahasa Laos-ku nggak ada artinya di sini. Tapi kami survive-survive aja kok. Hayooo… ingin coba juga khan!?

Saya biasanya coba belajar bahasa setempat sedikit-sedikit.

Bahasa setempat yang penting-penting: Halo, makasih, ya, tidak, <nama jenis tempat>, ini harga berapa, <angka>, ini mahal, bisa kurang?

Warga desa Laos yang berhati mulia tapi beringgris nol menjamu kami Beer Lao dan whisky Laolao saat kami nyasar. Sambil menepuk-nepuk dada, Ryan berkata, “My name is Ryan”. Dan mereka pun memanggil Ryan: “MyName”.

Satu lagi yang manjur adalah belajar aksara setempat.

Jadi kita bisa baca papan nama dan navigasi jalanan. Di Yunani, banyak papan nama/jalan nggak pakai latin. Tapi aku lancar baca aksara Yunani. Identifikasi dan navigasi jadi gampang. Baca menu makanan juga bisa.

Athens: Athina

Athens: Athina

Aksara Jepang yang hiragana dan katakana-nya saya juga lancar dulu. Kanji sedikit-sedikit. Overlap sama mandarin yang sedikit banget. Btw, mandarin ini justru saya pelajari saat berada di Sydney. Berhubung di perpustakaan setempat ada buku-buku pelajaran menulisnya. Awal tahun 2012 ini kami datang ke Thailand pertama kali, saya langsung tekun belajar Thai. Gile susah banget. Belum aksaranya. Bahasa Thai susah karena cengkok-cengkoknya yang ajaib, tata krama bahasanya, dan aksaranya yang njelimet. Waktu itu kami di Bangkok dan Chiang Mai saja, dan survive pakai Inggris doang sudah cukup banget. Motivasi belajar bahasanya jadi kurang. Kemudian kami ke Laos. Bahasa Lao agak mirip Thai tapi jauh lebih simpel. Di Laos, jauh dari daerah turis, Bahasa Inggris penduduk nol besar. Yes/No saja nggak ngerti. Jadi, motivasi belajar Bahasa Lao lebih tinggi. Apalagi ingin nawar barang di pasar malamnya Luang Prabang, haha. Saya jadi bisa nawar dalam bahasa Laos, pakai ngeluh mahal segala. Kami meninggalkan Laos setengah tahun lalu. September ini kembali ke Thailand. Eh, ilmu Bahasa Lao saya terpakai, belajar Bahasa Thai jadi lebih gampang! Memang banyak miripnya kan! Sekarang bisa beberapa kata Thai. Bisa belanja. Bisa baca angka. Aksara inget sedikit-sedikit (Misal Nana dan Lopburi, haha).

Bahasa setempat bukan sekedar berguna untuk survival, tapi mempermudah berteman dengan orang lokal.

Membantu komunikasi, dan pencair suasana juga.

Laos - Xam Neua - Pre new year songkran party

Diajak ikutan pesta keluarga pra tahun baru (songkran) di Xam Neua, Laos. Cuma gara-gara saya senyum-senyum dari pagar rumah. Diajak masuk, makan dan minum. Ga boleh pulang, haha. Cuma dengan Bahasa Inggris dan Laos sepatah dua patah, suasana sangat akrab.

Kapannya saya rajin praktek bilang “enak” dalam Bahasa Thai. Sampai makanan yang nggak enak-enak amat pun kubilang “aroy”, demi praktek, haha. Walau mujinya nggak tulus, tapi saya malah jadi ngobrol-ngobrol bahasa isyarat dengan sang penjual.

Solo Traveling bikin kita bisa bahasa setempat lebih cepat daripada traveling ramean.

Belajar bahasa asing ini jadi lebih cepat saat pisah sama Ryan. Karena kita nggak nggerundel sendiri, open sama orang luar. Juga lebih nekad dan percaya diri. Nggak pakai acara malu sama Ryan kalau bahasa asing saya ini salah-salah. Seperti yang saya bilang: Nggak penting bener, yang penting berani.

Laos - Luang Prabang - Nenek mengupas ubi

Jalan-jalan di gang-gang sempit Luang Prabang seorang diri. Dengan Bahasa Laos yang sangat minim, berkenalan dengan seorang nenek. Beliau mengupaskan saya 3 potong ubi rebus miliknya. “Buat bekal,” mungkin katanya… Sangat menyentuh… :’)

Yuk lihat Maroko. Bahasa mereka Arab. Jadi sering bilang Asalamualaikum dong! Pencair suasana. Bikin orang open ke kita. Dengan bilang Asalamualaikum, mereka jadi tertarik sama kisah kita, dari mana, kok bisa bahasa-nya. Pencair suasana di Maroko. Tapi bahasa Arab saya mandeg di Asalamualaikum dan Astagafirullah. Aksara dan angka bisa sedikit banget. Jadi komunikasinya? Di Maroko, daerah2 yang jauh dengan turis, Bahasa Inggris mereka nol. Tapi mereka bisa Bahasa Prancis sedikit-sedikit. Di sini ilmu Bahasa Prancis Ryan berguna. So far tentang komunikasi, paling parah di Shenzhen, Cina. Mblusuk ke pasar, mau beli bebek panggang. Mereka entah kenapa nggak mau pakai bahasa tubuh. Kan sebel juga kalau respon mereka cuma bilang 1-2 kata diulang-ulang. Sampai teriak-teriak pun, kalau saya nggak ngerti, ya nggak ngerti. Jadi? Saya pakai Bahasa Jari (alias nunjuk-nunjuk). Sama dengan Vietnam. Di Vietnam saya cuma sebentar. Nggak sampai sebulan. Nggak sempet belajar bahasanya. Tiap hari makan street food, gimana dong komunikasinya? Bahasa Jari.

Vietnam - Hanoi - Street food

Makan mie di tikungan jalan di Hanoi

Oh ya, banyak orang yang walaupun ilmu percakapan Inggrisnya jelek banget, tapi Inggris tertulis sebetulnya lumayan. Kadang kertas dan pena bisa membantu. Sewaktu saya di Lopburi Thailand kemarin, saya berusaha membooking kamar untuk bulan depan, karena bakal ada festival besar di sana. Monkey Banquet Festival!! Ping, sang pemilik Hotel Muang Thong (yang di twitter dan facebook sering saya panggil “Hotel Horor”) bisa Bahasa Inggris, tapi sangat terbatas. Dengan berkomunikasi melalui secarik kertas dan pena, urusan ini berlangsung dengan (cukup) lancar.

Thailand Lopburi Muang Thong Hotel

I left my heart in Hotel Horor.

Di Filipin, kalau saya coba bahasa lokal (sekarang udah nggak bisa lagi), mereka malah nggak sabar dan jawab pakai Inggris. Inggris mereka bagus. Di destinasi-destinasi wisata Thailand, harga turis dan penduduk beda. Harga penduduk ditulis pakai Thai. Saya cuma bisa senyum kecut aja. Karena saya bisa baca, tapi tetap kena harga asing. Di sana sering berharap saya dikira lokal. Karena saya bisa bilang harga orang lokal dalam Thai. Tapi saat ditanya ini itu, nggak bisa jawab. Ketahuan dah. Jadi malu-maluin kadang, udah kasih 10 baht sambil bilang “sip baht” (bisanya cuma bilang itu), mereka bilang “foreigner pipti baht” (fifty baht). duh -_- … Padahal saya tampang Thai abis. … (cuma jauh lebih kucel) Di Islandia, walau mereka pakai aksara normal, tapi kata-katanya panjang-panjang banget. Lihatnya bingung, dengernya juga bingung. Bahasa Islandia bagiku terdengar seperti bahasa peri. 🙂 (Bisa nggak kalian eja dan ucapin tuh volcano yang meletus kapannya?) Di Belanda, Bahasa Belandaku nyaris nol. Tapi orang Belanda bahasa Inggrisnya bagus banget. Banyak yang bilang orang Prancis sombong-sombong, nggak mau bicara pakai Inggris. Pengalaman saya nggak gitu sih. Di Prancis saya salute pakai Prancis dulu. Terus tanya, bisa Inggris? Baru kemudian saya switch Inggris. Mereka pun jawab sebisanya.

Satu lagi, Bahasa Inggris adalah bahasa pemersatu para backpackers. Walaupun benar jika backpackers berbahasa non-Inggris berkumpul di antara mereka sendiri, mereka mungkin pakai bahasa lain, namun rata-rata mereka bisa Bahasa Inggris dasar-medium. Sehingga jika backpackers dengan berbagai backgroud bahasa berkumpul, Inggris lah yang biasa terdengar. Bisa Bahasa Inggris berarti kamu akan cepat berteman dengan para backpacker mancanegara lainnya.

Nicaragua - Masaya Volcano - backpackers

Menyelinap ilegal bersama Matt, Jaime, dan Lucero, ke Masaya Volcano. Gunung berapi aktif berkawah super lebar dengan magma terlihat di dasar. Tidur di rerumputan berular di bawah rasi bintang Leo. Nicaragua.

Jadi pesan saya,

#BahasaTravel:

Bahasa Inggris mantapkan.

Bahasa dan aksara setempat bisakan sedikit.

Jangan lupa bahasa tubuh dan bahasa jari.

Nekad itu penting!!

Philippines - El Nido - Taraw cliff climbing - Dina Isabel

Bersama Isabel, teman baru anak Pinoy, nekad menantang maut, memanjat tebing vertikal Taraw di El Nido, Filipina. Malam sebelumnya, untuk pertama kalinya kami bertemu di warung burger. Baik dia maupun kami nekad ngobrol walau baru bertemu.

Nb: Artikel ini diangkat dari twit series saya berhashtag #BahasaTravel, 9 Oktober 2012. Tentunya banyak tambahan baru, terutama foto-foto, hehe. Nggak ingin ketinggalan obrolan twitter seru macam ini? Yuk follow twitter @DuaRansel =)

Yuk, sekarang giliranmu! Ceritakan pengalaman #BahasaTravel-mu di sini 🙂

Tips Cuci BajuTips Packing BajuTips HostelTips Dana TravelTips Pilih BackpackTips Website Andalan BackpackersTips Colokan Listrik

Tags: , , , ,

51 Responses to “Bahasa Travel”

  1. DebbZie
    10 October 2012 at 8:16 pm #

    *stretching* mau latihan bahasa tubuh ah 😀

    • Dina
      12 October 2012 at 11:41 pm #

      Lol! Artinya minta pijet itu ^^

  2. Danii Sahman
    11 October 2012 at 12:24 am #

    Wah mbak din,
    Bener banget harus nekad, bulan lalu aku juga begitu,
    lagi jalan kaki di pedestrian kota Bogor, eh ada Tourist dari Holand, dalam hati pengen banget nanya en ngobrol, kemudian dia ngasih senyum, lalu aku putusin buat ngobrol dan buka pembicaraan!
    dan gak nyangka, ternyata English aku bisa dimengerti sama dia, gak nyangka banget bisa ngobrol dalam jangka waktu yang lama hampir 45 menit dengan orang asing yang gak bisa bahasa kita (biasanya cuma 5-10 menit dan hal simple), seru banget, dapet perspektif baru, tuker ilmu dan budaya, abis gitu jadi mikir “ternyata mungkin gw bisa buat survive dgn bahasa english di negara lain!” setelah itu jadi makin pengen backpacking, sekarang lg berusaha dan mau nabung, minta doanya ya mbak! ^^
    meskipun di Indonesia, lebih tepatnya di Bogor, tapi aku pikir ngobrol dengan turis ini pengalaman yang sangat mengesankan! 😀

    • Dina
      12 October 2012 at 11:42 pm #

      Betul itu!!! Nekad itu memang begitu penting, bikin teman baru, dan ujung2nya meluaskan cakrawala 🙂
      Semoga bisa cepat tercapai cita2nya, amin!

  3. dini
    11 October 2012 at 10:15 am #

    wuaaah baca postingan ini jadi wuaaaw sendiri, seru!! ini sekarang saya lagi belajar dikit-dikit bahasa thai, cos tahun depan ada rencana mau ksana.hehe jadi makin pede nie traveling around the world^^

  4. Nuniek
    11 October 2012 at 8:54 pm #

    bener banget kalo mau belajar ngomong inggris ya harus ngomong…
    waktu tinggal di bali aku “terpaksa” ngomong inggris dengan guru sekolah anakku.. aku sendiri heran ternyata guru anakku itu mengerti ucapanku.. jadi GR dan pede karena ternyata aku gak buta2 amat sama bhs inggris…

    tambah ‘kesini’ tambah pede aza utk ngomong biarpun gak fasih2 amat…

    • Dina
      12 October 2012 at 11:45 pm #

      Hehe, betul kan!
      Dan memang kefasihan itu datangnya nggak lain dari…. praktek! Jadi jangan malu-malu kalo sekarang salah-salah. Yang penting praktek aja. Semakin nekad, semakin pede, semakin baik. Ntar grammar dan lain-lainnya ikutan membaik kok 🙂

  5. Yogi Risdiansyah
    12 October 2012 at 2:00 am #

    pelajarang yang berguna, thx bgt. bisa jadi motivasi 🙂

    • Dina
      12 October 2012 at 11:46 pm #

      Semoga bisa diterapkan 🙂

  6. helenamantra
    15 October 2012 at 1:50 pm #

    Seru! udah ke banyak tempat dg bahasa dan huruf keriting ya mbak..
    aku baru sekali coba ke Hat Yai, pertama kali ke luar negeri dan solo traveling pula. Untungnya udah diceritain temen kalo di Thailand jarang yg bisa English, so aku simpen foto objek wisata yang mau aku datangi di HP. Waktu mau naik ojek, aku tunjukin aja fotonya sambil nawar dg english seadanya (pasang tampang melas). Bahkan ada sopir angkot di Thai yg baik banget dan antar aku sampe ke TKP karena sesama muslim. Udah gitu aku minta tulisin di kertas dalam huruf Thai jalan balik ke Hat Yai. Jadi waktu baliknya, aku tunjukin aja kertas (yang entah itu bacanya apa) ke penduduk lokal. Kertasnya masih aku simpen, heheh modal nekat aja. Yang penting, berani mencoba!

    • Dina
      17 February 2013 at 1:23 pm #

      Bahasa aja jadi great experience khan 😀 awesome!!

  7. Nella
    21 October 2012 at 4:24 pm #

    ya, Body languange ga kalah penting, trus kita lihat juga gerak lawan bicaranya ketika kasih petunjunk arah jalan :D.

    • Dina
      24 October 2012 at 10:16 pm #

      Yup setuju, penting banget liat body language kalo kasih arah jalan X)

  8. Rey
    25 October 2012 at 2:42 pm #

    Thx mbak Din atas sharing soal bahasa ini. Kalo pengalaman aku, waktu di Saudi Arabia, bisa dibilang aku gak bisa bahasa Arab, ngertinya bahasa Quran dan Hadist, itu pun sedikit2, tapi kan beda sama bahasa Arab percakapan. Beberapa kali terlibat percakapan dgn orang arab, dia keukeuh pake bahasa arab, aku tetep jawab pake bhs inggris, dan lucunya lama2 aku bisa ngerti dikit2 mrk ngomong apa, aku bisa komunikasi lumayan panjang (ngobrol) sampe ketawa2 ato tangis2an dengan yang satu pake bahasa arab, aku jawab pake bahasa inggris, hehehe aneh yaa…

    • Dina
      17 February 2013 at 1:25 pm #

      Seru banget 😀 Begitulah, kita di jalan pakai apapun yang penting maksud tersampaikan. Kenggaksempurnaannya ini entah gimana jadi kebahagiaan tersendiri. Perasaan terharu karena kedua pihak mau saling berusaha mengerti dsb 🙂

  9. megame
    2 November 2012 at 2:08 pm #

    Mbak Dina,

    Ya,kalau mau backpacking keluar negri salah satu bahasa yang dikuasai Bahasa Inggris,walaupun memang tidak semua negara berbahasa wajib bahasa inggris :)..Btw, keren banget yang di Filipina itu….jadi bikin makin pingin backpacking terus-terusan..
    Makasih banyak info-info kerennya ya mbak 🙂
    Salam kenal #hughughug

    • Dina
      2 November 2012 at 4:36 pm #

      Iya, the world loves Hollywood movies 😀
      hughughug balik 😀

  10. Timothy W Pawiro
    9 November 2012 at 2:29 am #

    Coba Din, ngomong ini >> Eyjafjallajökull volcano
    😛

    • Dina
      9 November 2012 at 4:31 pm #

      Lol, pas di Iceland, pernah minta orang sono untuk ngucapin nama volcano ini. Ampe diulang 3 kali pun masih terdengar seperti bahasa peri!

    • hendry
      22 January 2014 at 2:26 pm #

      mas alamat emailnya apa?

  11. EsterEFA
    9 November 2012 at 1:13 pm #

    Waaahhh keren banget postingan tentang #BahasaTravel nya… 😀
    Bener banget mbk Dina, intinya NEKAT! hehehe
    Btw pernah bahas awal ketemu sama om Ryan nya ga sih??
    Pengen tau cerita nyaa hehehe

    • Dina
      9 November 2012 at 4:27 pm #

      Betul gitu khan 😀
      Kayaknya pernah cerita dikit2, tapi pas tweeting aja, belum ada artikelnya, kapan-kapan deh =)

  12. Tour Explora
    14 January 2013 at 2:28 pm #

    yap, saya suka dengan quote nekat itu penting, apalagi untuk berbahasa 🙂

    Walau saya bisa berbahasa Inggris, tapi ada kalanya di sebuah negara / kota kita bakal bertemu dengan ‘Bule’ yang Inggrisnya susah dipahami entah karena terlalu cepat bicara ataupun aksennya memang susah. Bahasa tubuh diperlukan untuk situasi seperti ini

    • Dina
      17 February 2013 at 1:27 pm #

      Banyak yang aksennya susah, juga banyak yang ngomongnya kurang toleran ama yang non english speaker, jadi tempo cepat dan pelafalan kurang jelas. BUkannya sengaja, mereka belum terbiasa ngomong ama non-english speakers aja kayaknya. Bahasa tubuh jelas membantu 😉

  13. Alid Abdul
    16 January 2013 at 3:07 pm #

    Klo saya sih justru memandang perbedaan bahasa jadi sebuah tantangan tersendiri ketika traveling 🙂

    • Dina
      17 February 2013 at 1:27 pm #

      sama 🙂

  14. Laura
    22 February 2013 at 4:07 pm #

    Sama banget mbak, kemarin jadi sering sebut roy, sawadika, sama kapunka gara2 cuma bisa bahasa thai itu doang, lalu sisanya bahasa tarzan, haha

  15. hita
    18 March 2013 at 3:26 pm #

    dina…. amazing sekali membaca blog mu!!!
    sooooo inspiring…
    pengen sekali bisa keliling dunia…
    amazing!!!

  16. Joko
    20 March 2013 at 9:50 am #

    Jd pengen ke taiwan…belajar bahasa Seediq Bale yg di film Warriors of The Rainbow 😀

  17. beril
    25 April 2013 at 10:13 pm #

    Bener banget nih mbak..
    jadi inget ketemu mas-mas orang myanmar di dalem bus perjalanan dari Phuket ke Hat Yai.
    ceritanya mas ini udah beli tiket dan udah dapet nomor seatnya, tapi entah kenapa seat miliknya malah udah didudukin ama orang lain, gara2 telat naik. jadinya mas-mas ini terpaksa berdiri padahal perjalanan Phuket – Hat Yai kurang lebih 8 jam. karena kasian aku suruh duduk di setengah bangkuku, jadinya 2 seat diisi 3 orang ama 1 orang lagi temenku. dari situ kita ngobrol dikit2, karena si mas-mas asal myanmar ini cuman bisa kata2 dasar bahasa inggris. tapi dia berusaha banget mbak buat ngajak kita ngobrol ama jawab2 kalo kita lagi nanya kayak “ini udah sampe mana?”. kalo dia ga ngerti bahasa inggris dari yang aku omongin, dia berusaha tanya ama orang2 yang duduk di bangku depan. haha..
    dia juga berusaha nyeritain dia siapa, orang mana, kerja apa.. pake bahasa inggris yang basic banget.. nget.. nget..
    dan lucunya lagi mas ini orangnya lugu.. hehe
    oh ya, sori mbak, malah jadi curhat :)))

  18. lova
    13 May 2013 at 11:00 pm #

    aduuh kereen banget kak.. tipsnya dan pengalaman berbahasa tubuh, dan kenekatannya. hhahhahaaaa..

  19. Sunday
    17 September 2013 at 4:18 pm #

    Bener bgt mba yg penting nekat,jd inget waktu mudik lebaran kmaren ketemu 3 backapacker dari Jerman di stasiun,terus ngeliat mereka kaya kebingunGan,yaudah aku ajak ngobrol aja,ternyata dia surprise juga kali karna ketemu org Indo bisa english karna so far blm pernah nemu hehe karna baru 2 hari di jakarta dan mau ke Bogor,sampe nanya berulang kali kamu bisa english?? akhirnya ngobrol2 deh,ada kejadian lucu waktu mereka minta advice tempat di Bandung aku kasih tau Kawah Putih,eh aku mau jelasin kawah in english aku ga tau jelasinnya gimana karna englishku yg lumayan*lumayan ancur*ini tp aku tau tulisannya ga tau ngucapinnya mereka nggak ngerti2 hhaaa,akhirnya ternyata dia punya kamus pocket bahasa Indo,dan akhirnya dia tau Kawah itu crater 😀 tapi lucu juga sih kalo diinget2

  20. Yola Leiwakabessy
    17 December 2013 at 7:27 pm #

    Intinya jangan takut untuk berbicara bahasa asing ya. Kadang ketakutan itu yang meng-kerdil-kan pikiran kita sendiri. *belajar dari pengalaman* hehehe.. #KartuPosDuaRanselAngkorWat pliiiisss xD @yolaleiwa

  21. Alya
    17 December 2013 at 7:35 pm #

    wah pas dan makasih banget mbak tipsnya, jadi optimis lagi deh kalo mau traveling ke tempat yang kita nggak kuasai bahasanya, soalnya kemaren2 sempet ciut deh nyali takut lost in translation hhaha
    untung juga di sekolah saya diajarkan beberapa bahasa asing, dan juga saya ya lumayan menguasai bahasa inggris hehe
    traveling sendiri itu impian saya banget! mudah2an nantinya bisa kesampaian 😀

    @alyalyoss

  22. Syauqi Ahmad
    17 December 2013 at 8:06 pm #

    Jadi keinget waktu kemarin di Jepang. Aku sebenernya sama temanku satu orang dari Indonesia, tapi dia non-Muslim, dan saat itu aku mau Jumatan. Berangkatlah aku sendirian dari Yotsuya ke Yoyogi-uehara, bawa peta rute kereta karena takut nyasar. Seinget aku, dari stasiun Yotsuya aku harus ke stasiun Shinjuku pake Marunouchi Line, lalu ganti ke Odakyu Line ke Yoyogi-uehara. Kemarinnya padahal udah dikasihtahu temanku yang orang Jepang, “Nah, Qi, jangan lupa, ganti ke Odakyu Line di sini ya!” aku cuma, “O iya iya, siap laksanakan.” Padahal gak merhatiin sama sekali. Saat di stasiun Shinjuku, aku sok-sokan ngikut orang kesana-kemari, sampe nyasar entah di mana ganti jadi Odakyu Line. untunglah waktu SMA sempet belajar bahasa Jepang, jadi bisa sedikit-sedikit. Aku nanya sama mbak-mbak informasi, “Sumimasen, odakyu wa doko desuka?” ditunjukkin pake tangannya, aku ngikutin petunjuk dia. Hasilnya? Aku jadi keluar stasiun, ke mall yang namanya ternyata Odakyu! akhirnya masuk lagi, nanyanya bener, “Odakyu line wa doko desuka?” akhirnya nyampe deh. Naek kereta, turun di stasiun yoyogi-uehara. Keluar, sambil sok tahu. Salah belok. Nanya lagi, “Tokyo Jamii wa doko desuka?” yah, akhirnya nyampe juga di Tokyo Jammii, bisa beribadah dengan tenang setelah nyasar. Tapi kurang rame nyasarnya >,<

    Ada juga cerita lain. Temanku yang orang Indonesia itu pada suatu hari diajak teman kami yang orang Jepang makan ikan bakar khas Jepang. Karena sama orang Jepang, waktu itu yang pesan dia, yang bayar dia, bahkan dibayarin (yay!). Nah, hari berikutnya, temen kami gak bisa nganter karena dia latihan main biola. Tapi temanku pengen makan ikan lagi karena dia suka banget sama ikan itu. Akhirnya kita ke restoran yang sama. Saat mau pesen, bingunglah kita. Bahasa Jepangku gak sebagus itu untuk pesen makanan, dan temanku gak bisa bahasa Jepang kecuali "arigatou" 😐 Aku inget nama ikannya, Samma. Jadi aku bilangnya, "Samma, sannin, onegaishimasu" (samma, tiga orang, tolong). Si pelayannya nanya sambil nunjuk-nunjuk pembakaran dan dapur. Aku nerjemahin, "dibakar atau mentah?" aku tunjuk pembakaran. Pesenan datang dengan selamat dan sesuai keinginan, saat beres makan, gimana minta bill, kita bingung lagi. Aku manggil sambil bilang, "ikura" (berapa), tapi si pelayannya keliatan gak nyambung gitu. Aku keluarin buku, ada kalimat bahasa Jepang, "minta billnya" aku tunjukkin buku itu sambil nunjuk-nunjuk kalimat tersebut. Akhirnya, kita bisa makan dengan halal dan membayar….

    Nah, aku ada saran nih buat yang suka travelling dan belajar bahasa, pelajari bahasa Esperanto. Bahasa ini adalah bahasa yang sengaja diciptakan, mudah sekali untuk dipelajari, dan lebih mudah daripada bahasa Inggris. Diciptakan untuk jadi bahasa penghubung antarbangsa, jadi sesama penutur Esperanto udah kayak anggota keluarga deh. Nah, di seluruh dunia ada layanan "pasporta servo" dari penutur Esperanto, jadi kita boleh numpang di rumahnya, biasanya gratis. Makan, jalan-jalan, tidur, gratis. Syaratnya hanya satu: kita adalah penutur Esperanto. Selain itu, gak perlu repot-repot belajar bahasa lain sampe fasih karena ada orang lokal yang nemenin nge-guide kemana-mana. Banyak teman-teman Esperantoku yang cerita mereka keliling Eropa dengan gratis. Waktu aku ke Jepang juga, 100% disubsidi oleh penutur Esperanto dari Jepang (aku juga penutur Esperanto), bahkan tiket pesawat pun dia bayarin!

    Pokoknya, masalah bahasa pasti ada ya di perjalanan, belajar bahasa lokal akan sangat membantu, dan kata temanku dari Kanada, "Ngapain kita ada di Jepang tapi ngobrol bahasa Inggris?" tapi menurutku keberadaan bahasa Esperanto sangat membantu, karena bukan bahasa milik negara atau bangsa manapun, tapi milik semua orang, jadi dipakai di manapun gak masalah ^^

    @IchHeisseSyauqi

  23. andina rahayu
    17 December 2013 at 9:14 pm #

    Lost in translation itu selalu “nyenengin” kok mba.hahaa. nice tips,nice info,nice sharing :)) next year ak pengen banget ke thailand sama india mba, dan sepengetahuanku kedua negara itu ga gitu pinter ya englishny :3 belajar belajar belajar!!!

    Beberapa bulan yg lalu temen aku ngasih aku buku dr thailand mba,dgn bahasa thailand. Maksudnya? Dia nyuruh ak kesana,dan ak kudu bisa bahasa thai. Baru disuruh cari dia buat cerita apa isi tuh buku. Hahahaa

    • Dina
      18 December 2013 at 6:06 pm #

      hehehe, good luck ya! Aku dulu udah sempet hapal beberapa aksaranya, sekarang lupa total x)

  24. Andre
    30 March 2014 at 7:07 pm #

    “pipti bath” “tawenti bath” ngakak.. kirain ak aja yang ngeuh lucunya bahasa ini.

    • Dina
      1 April 2014 at 6:04 pm #

      tawenti dan saventi sulit ngebedainnya, hahaha

  25. ferychaz
    9 May 2014 at 12:14 pm #

    Mesti solo traveling nih..

  26. Lily
    19 June 2014 at 4:13 am #

    Halo Dina, aku tidak senekat kamu, tapi sering traveling sendirian juga, kecuali di negara sendiri, malah kemana-mana diantar saudara/teman. Sdkt sharing pengalaman nih….

    Ingat2 jaman masih muda dulu (sekarang sudah senior citizen dan kadar nekatnya banyak menurun), di Bangkok nawar tuktuk. Sblm berangkat sudah berusaha hafalin angka2 1-10 dlm bahasa Thai. Angka 1,2 = neung, song, tapi kalau 20 = yi sip. Aku nawarnya song sip, langsung sekelompok supir tuktuk pada ketawa semua, dan mengulang-ulang bilang song sip…. pertamanya bingung juga kenapa diketawain… Terus makan di warung, lihat2 keliling dulu, pilih yg kira2 OK, lalu main tunjuk makanan yang sedang dimakan orang lain. Giliran bayar, keluarin segenggam uang receh, suruh pelayannya pilih sendiri. Kupikir, kalau toh dia ambil lebih, kan cuma coin2 dan sedikit 1-2 baht, ok lah.

    Di Taiwan nginap di hostel YWCA, mau ke museum naik bis, minta resepsionis (yg bisa bhs Inggris) tuliskan utk supir bis. Lumayan, 3x ganti bis bisa turun di tempat yg benar dan ganti bis nomor berikutnya, sampai di tujuan dg selamat tanpa bisa sepatahpun bhs Mandarin. Sayang si resepsionis tidak hafal nomor dan rute bis utk pulang, dan aku tdk bisa menghafal kira2 rute yg tadi dilewati. Setelah capek jalan kaki, nyerah, naik taxi.

    Di L.A. pernah tidur di bangku di airport setelah masukkan bawaan ke locker, dan kunci locker dimasukin ke kantong jeans. Waktu itu masih lugu, cari tempat tidur di area yg sepi krn malu. Sekarang sadar bhw lebih aman di tempat banyak orang lalu lalang. Mestinya cuek aja ya, toh orang2 itu ga kenal aku…

    Tips yg kamu tuliskan amat berguna utk calon pengelana!

    • Dina
      9 August 2014 at 1:32 am #

      Wah Mbak, seru banget pengalamannya! Aku juga pernah salah pas hitung-hitungan thailand. Dikasih harga bagus malah aku tawar jadi mahal, hahahha. Diketawain tukang tuktuk satu jalanan. Katanya gapapa kalo mau bayar segitu juga. Ampe tuktuknya udah jauh masih diketawain ma yang lainnya juga, hahahha

  27. hendra
    22 August 2014 at 10:26 pm #

    setuju, nekat itu ilmu sakti traveling, tapi aku mau kasih tambahan,kudu ramah + sering2 senyum. Pas di bangkok,aku mau beli kaos corak gajah di psr mlm jln ramkanghaeng,penjualnya ibu2 inggrisnya payah bgt,smntara inggrisku jg kacau, dia blg 200 bath,kutawar 100 bath ga dikasih,aku hanya senyum,trus aku minta ijin foto toko n brg dagangannya n si ibu jg kuajak foto bareng,trus aku cerita aja kl aku dr indonesia, orang medan tapi tinggal d jakarta dgn inggris seadanya,tanpa peduli dia ngerti atau gak, eh gak taunya dia tiba2 kayak nangkap gt, dgn semangat campur2 bahasa thai, sdkt inggris n gerak tangan dia cerita kalau punya pelanggan dari jakarta, surabaya dan medan yg sering order kaos,dia blg ingin sekali bisa ngucapkan angka 1-10 dlm bahasa indo tapi gak bisa2, akhirnya aku ajarin sebisanya,dia senang sekali, ujungnya bisa ditebak, kaos itupun lepas dgn hrga 100 bath, langsung kubeli 5 buah…

    • Dina
      23 August 2014 at 7:41 pm #

      Betul banget! Sanyum itu bahasa yang sangat mujarab 🙂 Bikin mood jadi bagus, bikin lawan bicara mau berusaha mengerti walaupun bahasa ga nyambung. Bagus untuk transaksi juga, hehehe…

  28. gallant
    30 October 2014 at 12:18 am #

    wah iya banget. nekad itu penting. pengalaman sih pas acara summer school di kampus bareng orang jepang dan sekelompok, mau nggak mau harus ngmong bahasa inggris.
    ya terpaksa dan nekat. bodo amat sih dengan grammar meski tetep dipake juga tapi gak begitu diperhatikan 😀

    • Dina
      7 January 2015 at 2:41 pm #

      betul, yang penting berani ngomong dulu kan 😀

  29. Donny
    6 November 2014 at 12:43 am #

    Menurut pengalaman saya berkelana (belum banyak sih) dan bergaul dengan orang lokal, ada satu bahasa lain yang perlu dipelajari yaotu bahasa cinta (kasih) yaitu ketika kita menghampiri mereka dengan hati tulus dan mengasihi maka mereka akan dapat melihat dari sorot mata kita dan mengerti bahasa yang tidak perlu di ucapkan, dan menerima kita dengan tulus pula.
    Kita juga dapat merasakan ketika kita tidak di inginkan berada disana (you’re not welcome) dari sorot mata mereka.
    Intinya pergunakan semua indramu untuk berkomunikasi.

    • Dina
      25 February 2015 at 8:23 am #

      Mantap mas!

  30. Yahya Edo Wicaksono
    7 November 2014 at 6:27 pm #

    mbak dina,, bagi tips dong.. saya pengen backpacker an ke Thailand.. cara mencari tiket dan keperluan lain yang murah gmana yaa ??? pertama kali nie mau backpacker an.. pengen traveling muter2 luar negeri.. tapi ya dengan budget yang minim,, cita2 dari dulu.. mohon tips nya ya mbak dina.. terima kasih banyak.. 😀

    • Dina
      25 February 2015 at 8:23 am #

      Sebagai tujuan, Thailand udah cocok karena tergolong murah (baik tiket ke sananya, maupun biaya di sananya), gampang, serta aman.
      Tiket bisa dicari di via skyscanner.net – Maksimalkan penarian dengan bikin tanggal keberangkatan fleksibel, soalnya tiket pesawat beda hari beda harga. Mas dari Jakarta? Pilih aja dari Jakarta, ke Thailand (all airport), tanggal berangkat 2015. Liat mana yang paling murah.
      Cara lain, cek harga di penerbangan murah (AirAsia dkk).
      Akomodasi, pake hostel aja, sewa bed di dorm room. Murmer. Apalagi kalo sendirian. Sekalian bisa ketemu teman2 baru, backpacker lain.

      Good luck mas, selamat menjelajah 🙂

Leave a Reply