Masak bareng Chef Bara: Kakap Asli Cabe Ijo!

Ryan versus chef Bara

Ryan versus kelas masak Chef Bara

Ikut kelas masak sih nggak aneh.

Namun ikutan kelas masak yang mentornya seorang celebrity chef? Digabung dengan berhasil merayu Ryan untuk ikutan? Wah, kesempatan langka ini!

Pagi itu, ketika saya memberi tahu ibu saya bahwa kami akan belajar masak dari Bara “@BaraSupercook” Pattirajawane sendiri, beliau langsung menjerit gembira:

“Sering lho lihat siaran masaknya Bara di TV! Masakannya praktis, mudah ditiru, dan enak! Itu kue sus yang sering bikin, itu pakai resep dia!”

Saya jadi semakin antusias menyeret Ryan ke medan perang!

Terus, apa tema masak hari ini? #AsliCabeIjo!

Jaman sekarang, bicara tentang cabe ijo, mau nggak mau bikin teringat pada Indomie Goreng rasa Cabe Ijo yang lagi ngetrend banget. Tapi kita nggak butuh seorang celebrity chef untuk mengajarkan cara masak mie instan kan, jadi tentu saja bukan itu yang akan diajarkan. Melainkan…..

“Ikan Kakap Goreng dengan Kuah Santan Cabe Ijo dan Sambal Dabu-Dabu!” Kata Mas Bara dengan lantang.

Wah, keren sekali kedengarannya, Mas Bara! Omong-omong, sambal apa tadi Mas, dadu-dadu? DADU ya?

Dan saya membisikkan terjemahannya di telinga Ryan, “Fried red snapper fish with coconut milk ‘green chili’ and dice sambal.”

“Dice?”

“Iya, dice, dadu in Indonesian,” kata saya sambil mengangguk pasti. “We will dice every of the sambal ingredients, that’s why it’s called dice, I think,” bisikku lebih lanjut.

(Dabu, bukan dadu, ternyata, hehe)

Bentar, ngomong tentang cabe ijo dulu ah.

Cabe ijo sering digunakan dalam masakan Padang. Cabe ijo itu sebenarnya nggak terlalu pedas. Dalam Scoville Heat Units (SHU), suatu skala kepedasan, cabe ijo cuma menempati skor 40-50 ribuan. Sedangkan cabe rawit menempati skor hingga 100 ribuan. Jadi cabe ijo kalah pedas dari cabe rawit. Tapi justru ini membawa keuntungan. Cabe ijo digunakan bukan untuk membuat masakan menjadi pedas menendang, namun untuk memberi “rasa” dan “aroma” pada masakan. Dengan tingkat kepedasannya yang tak terlalu tinggi ini, cabe ijo dapat digunakan banyak-banyak, sehingga aromanya terasa kental tanpa membakar saluran pencernaan. Untuk pedasnya sih, tambahkan cabe rawit saja sesuai selera!

Kembali ke kelas masak…

Bara Pattirajawane @BaraSupercook

Chef Bara beraksi!

Senang sekali melihat Mas Bara memasak. Segalanya tampak praktis dan mudah di tangannya, diselingi oleh tips dan triks praktis yang berguna pula. Misalnya, tahukah kamu bahwa untuk menyelamatkan sup yang keasinan, kamu dapat menggunakan kentang untuk menyerap keasinannya? Saya sih baru tahu!

Masakan ini terdiri dari 3 bagian: Ikan kakap goreng, kuah kental santan cabe ijo, dan sambal dabu-dabu. Yup, betul! Dabu-dabu, bukan dadu-dadu! Dalam sekejap, Mas Bara menyelesaikan semuanya. Kuah santan berwarna hijau pastel dituang ke piring, ikan goreng berwarna coklat keemasan diletakkan di tengah-tengah, dan sambal dabu-dabu yang berwarna-warni ditebarkan di atasnya. Cantik, tapi yang terutama, aromanya itu lho, sangat nikmat!! Wangi cabe harum semerbak di segala penjuru kelas. Sekitar 20 murid memasak di ruangan itu memandang lapar. Air liur berjatuhan. Rasanya ingin saya terbang ke podium Mas Bara dan menggigitnya!

Yuk serbu kakap #aslicabeijo rame-rame!

Aromanya luar biasa!!!

Klarifikasi: Menggigit ikannya! Bukan menggigit Mas Bara! Tapi tak perlu terbang ke podium saya, Mas Bara menghampiri para muridnya. Semakin dekat ke meja kami, harumnya semakin bikin tak kuat!

Suasana kelas masak

Suasana kelas masak

“Pastikan ambil kuahnya yang banyak,” kata Mas Bara.

Sesuap ikan goreng dan kuah santan hijau memasuki mulutku, dan rasanya?

LEZAAAAAAATTTTT!!!! Cabe ijo bisa ya sewangi ini? Pedasnya nendang. Paduan rempah-rempah lain sempurna. Santannya membuat tekstur kuah kental lembut. Paduan ikan goreng krispi dan kuahnya ini, ahhhh… begitu enak di mulut!!

Sayangnya saya harus berbagi dengan 20-an murid lain menghabiskan masakan Mas Bara. Mau nambah? Ya harus masak sendiri. Namanya juga kelas memasak, hehe! Ya sudahlah, ayo kita mulai memasak kakap cabe ijo spesial ini, cuma dikasih waktu 45 menit lagi!!

Untuk saat ini, DuaRansel menjelma menjadi DuaKompor!

DuaKompor!!

Tim DuaKompor!

Saran: Lanjutkan baca artikel ini di dapur, sekalian ikut memasak 🙂

Seperti yang sudah saya bilang, hidangan kakap cabe ijo spesial ini terdiri dari 3 bagian:

  • Ikan kakap goreng
  • kuah santan cabe ijo
  • sambal dabu-dabu

Mari kita lihat cara mengolah masing-masingnya!

IKAN KAKAP GORENG

Bahan:

  • 4 potong kakap merah fillet – potong dadu
  • Tepung beras secukupnya
  • Air secukupnya
  • Tepung roti panko
  • Minyak untuk menggoreng ikan

Cara:

  1. Larutkan tepung beras dengan air (encer saja). Celupkan ikan dalam adonan. Gulung potongan ikan dengan tepung roti panko.
  2. Panaskan minyak. Goreng potongan ikan hingga matang dan garing. Tiriskan dan sisihkan.
Meja DuaKompor!

Meja DuaKompor!

“Mas Bara, kenapa harus ikan kakap merah nih?” Tanya Mbak Eva Yolanda yang manis.

“Nggak harus sih, tapi selain enak, ikan kakap merah tidak mudah merotol saat digoreng. Tidak seperti, misalnya, ikan salmon. Tapi silakan disubstitusi sesuai selera.” Kurang lebih begitu jelas Mas Bara.

Tim DuaRansel, eh, DuaKompor, memulai acara memasak dengan mencuci tangan hingga bersih dan mengenakan celemek masak berwarna hijau cabe ijo.

Mas Bara tadi saran supaya ikan dipotong dengan ukuran kurang lebih seragam. supaya matangnya bersamaan. Ide bagus deh. Saya memotong ikan kakap fillet menjadi 6 bagian.

“Larutkan tepung beras dengan air, celupkan ikan ke dalam adonan,” begitu kata instruksi memasak.

Saya memandang sebuah mangkuk berisi cairan putih di atas meja kami. “Oh, mereka udah mengencerkan tepung berasnya rupanya, asyik tinggal pakai!”

Saya melirik ke meja lain. Rupanya meja lain tidak mendapat perlakuan istimewa ini. Mereka masih harus mengencerkan tepung berasnya sendiri dengan air. Saya pun mencemplungkan potongan ikan kakap ke dalam mangkuk. Nyaris mencemplungkan, belum masuk, karena tiba-tiba Ryan berteriak kecil dalam Bahasa Inggris:

“Loh kok ikannya dicemplungin ke santan?!”

Santan versus tepung beras

Kakapnya dicemplungin ke adonan tepung beras! Bukan santan!

Aaahh!!! Santan? Masa sih? Ya ampun!! Pantas saja sudah encer!

Setelah saya perhatikan dengan sesama, baru saya sadar di sebelah mangkuk putih berisi santan yang saya kira tepung beras ini, ada mangkuk lain berisi…. tepung beras!!

Dengan (agak) malu saya mengencerkan tepung beras dengan air.

Maklum, tidak ada label apa pun di bahan-bahan yang tersedia di meja. Dan sudah lama sekali kami tidak punya dapur lengkap seperti ini untuk memasak. Haha… (aduh baru mulai masak sudah jadi malu).

“Jangan terlalu banyak airnya,” kata Mas Bara.

Setelah dicelupkan ke adonan tepung beras, ikan digulung di tepung roti “panko“. Panko ini tepung roti kasar ala Jepang. Di Jepang digunakan untuk melapisi tonkatsu dan goreng-gorengan lainnya. Dengan teksturnya yang kasar, hasil gorengan dengan lapisan panko ini rasanya renyah nikmat. Namun tidaklah perlu kita beli panko buatan Jepang, kata Mas Bara. Panko sudah diproduksi lokal. Misalnya yang dipakai di kelas ini adalah Panko made in Sidoarjo, hehe.

Sementara Ryan memanaskan minyak di wajan anti lengket. Targetnya 180 derajat Celsius, kata Mas Bara.

Mas Bara ngajarin masak

Bagaimana mengecek panas minyak 180 derajat Celsius tanpa termometer? Cemplungkan secuil roti tawar ke dalam minyak, kata Mas Bara.

  • Lebih dari 15 detik roti tak berubah warna juga: masih kurang panas
  • 10-15 detik roti berubah warna menjadi coklat indah keemasan: pas
  • 10-12 detik roti berubah warna menjadi hitam legam gosong: terlalu panas!

Tapi di sini nggak ada roti tawar barang secuil pun.

“Mungkin dicoba pakai jari aja?”

“Hus!”

“Pakai panko bisa,” kata Mas Bara.

Mangut-mangut sambil melempar panko ke dalam minyak di wajan. Ternyata panas minyak sudah pas. Keenam potong ikan kakap bertepung meluncur dengan mulus. Sebetulnya urusan menggoreng, Ryan lebih ahli daripada saya. Gorengan saya cenderung ke arah (ke)matang(an). Memang saya suka yang kering renyah. Tapi sering lupa kalau setelah makanan diangkat dari minyak, proses penggorengan pada masakan itu masih berlanjut dan bisa lebih matang lagi. Dan karena sambil menggoreng saya berusaha memotong bahan-bahan untuk kuah santan, tak sadar warna ikan mulai mencoklat. Langsung saya panik dan berteriak kecil ke Ryan, dalam Bahasa Indonesia:

“Aduh, Ryan, tolongin dong, angkat ikannya, angkat ikannya!”

Yang diajak ngomong cuma melongo saja. Jadi saya ulangi,

“Ryan nanti gosong, tolongin dong tanganku penuh cabe.”

Masih tak ada tanggapan selain: “What? What do you say?”

Oh ya ampun! Saking paniknya ikan gosong, saya lupa pakai Bahasa Inggris ke dia! Btw, dia bisa Bahasa Indonesia sedikit-sedikit. Tapi bahasa perdapuran termasuk yang dia belum bisa!

“Fish! Fish! Hampir gosong! Overcooked! Remove it from oil!” Bahasa Inggris celemotan mulai keluar.

Tapi dia yang berada di seberang meja masih tidak membantu. Ryan dengan kalem cuma menunjuk sutil di tangan saya yang penuh cabe. Oh pantas, dia tak punya sutil, mau bantu gimana, masa pakai tangan. Dengan panik saya angkat ikan goreng tadi dari minyak panas.

Untungnya, tidak ada yang gosong! Semua coklat keemasan sempurna! Lega!

Ikan kakap goreng sudah siap!

KUAH SANTAN CABE IJO

Cooking Kakap Cabe Ijo with BaraSupercook - Ingredients

Mari memasak 🙂

Bahan:

  • 1/2 ikat bayam hijau – petik daunnya dan cuci bersih lalu iris tipis
  • 1 tangkai daun bawang hanya diambil hijaunya – iris tipis
  • 3-4 buah rawit hijau
  • 3-5 buah cabai hijau – buang biji
  • 1 buah sereh – ambil bagian putihnya dan iris tipis
  • 2 cm laos – iris tipis
  • 4 buah bawang merah
  • 3 siung bawang putih
  • 1 sdt gula palem
  • 1/2 sdt terasi
  • 2 sdm minyak untuk menumis
  • 1-2 sdm saus ikan
  • 200 ml santan
  • 2 lembar daun jeruk purut
  • Garam merica secukupnya
  • 6-8 cabe rawit hijau ungkul

Cara:

  1. Haluskan bayam, daun bawang, cabe rawit, cabe hijau, sereh, laos, semua bawang, gula palem, terasi, hingga lumat
  2. Panaskan minyak, tumis bumbu hingga harum. Tambahkan santan, saus ikan, garam, dan merica.

Gile, banyak banget bahan-bahannya. Baki bahan jadi semacam tes mengenali bahan karena tidak ada labelnya. Bagi saya sih gampang-gampang saja. tapi sulit bagi Ryan yang tidak mengenal nama bahan memasak dalam bahasa Indonesia. Usaha saya menerjemahkan nama bahan juga putus di tengah. Terasi ya terasi. Tapi Ryan tau apa itu terasi. Cabe rawit itu bird eye chili yang kecil-kecil. Bawang merah shallot, bawang putih garlic. Santan coconut milk. Laos… Sereh…

Kicauanku terus berlanjut. Sementara dia ngeblank karena disuruh menghafalkan 16 nama bahan sekaligus. Sama-sama melongo, memandang satu sama lain, saya hentikan kicauan ini. Berhubung pisau juga cuma ada satu, dan hampir semua bahan kudu dipotong dulu, dia tak perlu tahu detilnya. Dengan cepat instruksi memblansir bayam untuk menghilangkan kepahitannya saya tuturkan padanya. Dia juga sudah familiar dengan tekniknya karena tadi Mas Bara telah memeragakannya.

Merajang bawang merah seperti biasa membuat air mata bercucuran. Tak sadar, saya megusap air mata dengan punggung tangan. Yang sebelumnya telah tercemar dengan cabe ijo dan cabe rawit. Kontan rasa pedas di mata semakin menjadi-jadi. Saya masih terus berusaha memotong di tengah uraian air mata yang menutupi pandangan. Cabe rawit dan cabe ijo tampak semakin kabur. Sampai akhirnya saya tak bisa melilhat apa-apa lagi…

Indonesia Jakarta BaraSupercook 15 - aslicabeijo

“Ryan, I need to wash my eyes, I’ll be back.”

Sampai di wastafel, saya mencuci tangan dengan sabun sebelum membilas wajah. Tapi rupanya cuci tangannya kurang bersih, sekarang seluruh wajah seperti terurap cabe rawit. Oh tidak!

“We are wayyyyy behind, Dina, what are you doing? We don’t have much time left!”

Di tengah kepanikan, dengan wajah pedas hijau, saya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Kami satu-satunya tim yang belum mulai memasak kuah, waduh!!

“Lima belas menit lagi,” suara seksi Mbak Eva Yolanda mengalun.

Loh kok!! Kemana 30 menit tadi melayang?

Bayam yang sudah diblansir beserta potongan daun bawang, cabe rawit, cabe hijau, sereh, laos, semua bawang, gula palem, dan terasi melayang ke blender. Ga sempat pakai uleg-uleg, dan juga ga ada uleg-uleg di ruangan. Dan lagi are you kidding, ga ada waktu!! Teknologi blender memecahkan masalah dalam sekejap. Begitu halus, Ryan menuangkannya pada wajan yang telah bersalut sedikit minyak panas, juga santan dan saus ikannya.

Sementara Ryan memasak kuah santan cabe ijo hingga wangi, dengan panik saya memandang tumpukan bahan yang tersisa di baki. Ini buat apa? Bukannya masak sudah selesai? Oh no! Sambal dabu-dabunya belum diurus sama sekali!

Saya mengusap keringat lagi, kali ini dengan tisu, supaya wajah tak terkena langsung dengan tangan bercabe. Tapi apa daya, tisu pun telah tercemar. Saya lari-lari ke wastafel lagi. Haduh! Buang-buang waktu, teriak Ryan. Tapi gimana lagi.

Setelah cuci wajah dan cuci tangan lagi, saya melanjutkan memotong cabe.

Aroma wangi semerbak keluar dari kuah santan hijau Ryan di penggorengan. Sukses!!! Kami tertawa bahagia. Bau enak berarti rasa enak, kan? Kami mencicipinya.

Yuck, tak ada rasa! Hambar!! Nggak mirip sama sekali dengan kuah Mas Bara tadi! Kami berdua saling pandang.

“Kurang apa?”

“Kurang segalanya!”

Secepat kilat saya melirik daftar bahan dan bertanya pada Ryan, “sudah kamu masukkan semua bahannya?”

“Duh, kan itu Bahasa Indonesia, aku nggak bisa baca!”

“Oh iya ya…”

Saya baca dengan seksama, dan ya ampun, koki macam apa DuaKompor ini? Garam dan merica belum dimasukkan sama sekali!! Di mana kah benda-benda itu? Kok nggak ada?

“Mungkin di kotak panjang itu?” Kata Ryan sambil menunjuk sebuah kotak panjang berisi kotak2 kecil di dalamnya di penggir meja.

“Bisa jadi.”

Ryan membukanya. “Yang mana?”

Sementara mataku pedih lagi, karena saya sudah mulai memotong cabe lagi. Kali ini cabe merah dan cabe rawit. Aku tak bisa melihat ke dalam kotak yang  Ryan bawa.

“Terserah, garam, gula, merica!”

“Sendoknya mana?”

Saya menatap pasrah pada tumpukan piring dan mangkuk kotor di sudut meja. Sepertinya satu-saatunya sendok kami tenggelam di sana dalam keadaan kotor.

“Delapan menit lagi,” kata Mbak Eva ceria.

Mbak Eva Yolanda dan Chef Bara Pattirajawane

8 menit lagi! Kata Mbak Eva Yolanda ceria.

Nggak ada waktu untuk mencari dan membersihkannya!

Masa mau pakai tangan? Nggak higienis ah! Tuang saja, tuang saja!

Kotak tersebut penuh berbagai macam serbuk putih. Yang jelas nggak cuma garam dan merica saja, tapi juga ada lain-lainnya. Dan Ryan yang lebih jarang masak merasa kurang familiar dengan serbuk yang mana itu apa.

Nggak ada sendok, nggak tau serbuk apa yang mana, Ryan menuangkan a little bit of everything ke dalam kuah santan hijau di atas wajan!!

SAMBAL DABU-DABU

Bahan:

  • Tomat ceri – potong 4
  • Bawang merah – iris tipis
  • Rawit hijau – iris tipis
  • Cabe merah – iris tipis
  • Perasaan jeruk nipis – ehhh… perasan jeruk nipis!
  • Garam secukupnya
  • Gula secukupnya

Cara:

  1. Campur semua bahan menjadi 1, aduk rata.
  2. Udah gitu aja, udah jadi.

Tinggal 5 menit lagi. Semua bahan dipotong dalam sekejap telenan penuh. Ditaruh di mana ya? Mangkok sini mangkok…

Tinggal 3 menit lagi! HADUHHHH!!!!

PENYAJIAN

Waktu hanya kurang 3 menit lagi. Semua harus selesai. Bagaimana kami menyajikannya?

LEMPAR SEMUA!

Kurang lebih semuanya kami lemparkan ke dalam piring saji. Ikan di tengah, kuah hijau kental cantik disekelilingnya, dan sambal dabu-dabu ditaburkan di permukaan kuah hijau.

Ikan Kakap Goreng dengan Kuah Santan Cabe Ijo dan Sambal Dabu-Dabu - @BaraSupercook

“Yak, waktunya habis!” Kata Mbak Eva bersemangat.

“Semua tangan di atas!” Kata Mas Bara.

FIUHHH!!! Lega! Kami selesai!

Baru lah kami sempat mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, dan saya terkesiap:

Hanya kelompok kami yang penyajiannya tak diatur cantik dekoratif! Hanya dituang jadi satu di piring! Kelompok lain? Ada yang memanfaatkan cabe atau tomat sebagai penghias, bahkan juga ada yang menata sereh dengan cantik. Ada yang memanfaatkan mangkuk untuk mempersembahkan kuah santan atau sambal dabu-dabunya. Kalau ini kelas penyajian 101, bisa-bisa kami tak lulus ini! Haha. Tapi yang penting rasa. Ya kan? Ya kan?

Dan tiba-tiba saya terlonjak kaget karena tersadar;

“Ryan! Belum diicip! Kuah santannya tadi!”

Jadi setelah Ryan melemparkan berbagai serbuk putih yang semoga termasuk garam dan merica itu, belum kita coba lagi. Terlambat sudah, semua sudah tertata di piring. Kami mencicipinya sedikit. Sambil saling memandang terpana, kami kaget, ternyata rasanya….. ENAK!!!!

Rasanya kuat seperti bagaimana kami menyukai masakan. Garam jelas bisa dirasa sekarang, tak hambar lagi. Teksturnya mungkin bisa lebih lembut sedikit, agak kasar dibanding kuah Mas Bara tadi. Tapi overall, enak!! Dan ini sangat mengagetkan kami, karena memang tidak dicicip dan disesuaikan sebelum dihidangkan, haha.

Hohoho…

PENILAIAN DARI MAS BARA

Mas Bara berjalan ke masing-masing meja dan mencoba masakan yang sama dari sekitar 10 kelompok. Walau resepnya sama, rasanya beda-beda. Selera orang memang beda-beda. Tapi tak itu saja kan, ada yang memang kurang ahli masak, atau yang masak tanpa mencicipi. Oops. Kometar Mas Bara tentang masakan kami?

“Enak, tapi yang saya cari di sini adalah yang seimbang. Masakan kalian cenderung kuat di asinnya.” Mas Bara berkata.

Dengan kata lain: Masakannya keasinan, dek.

Saya menjawab, “habis tidak ada kentang sih Mas, untuk menyerap keasinannya seperti yang tadi mas ajarkan!”

Haha. Yuk salahkan kentang! Tapi Mas Bara sih, hihihi, memang asin. Makasih feedbacknya Mas Bara. Boleh kau habiskan ikan kami. Bolehkah kami memakan masakanmu saja?

Cooking kakap cabe ijo spesial with mas @BaraSupercook

Ternyata dari para peserta kelas masak, dipilih 1 pemenang. Duo Arie Parikesit dan Jajalable keluar jadi pemenang, karena rasa masakannya balanced. Seimbang. Mas Bara tanya rahasianya, dan Mas Arie menjawab:

“Dicoba berulang kali dan disesuaikan kurangnya apa hingga pas.”

Oops, itu dia yang tidak (sempat) kami lakukan!

Tapi yang mengagetkan, di siang itu, tim DuaKompor (kami, maksudnya) menang sesuatu juga! Apa coba?

Menang ngetwit!

Ngetwit? Tweeting? Hah? Iya! Kami memang lomba ngetwit di acara masak ini! Jadi jaman sekarang, bisa lho menangin kategori twitting di kelas masak, hehe. Sedangkan, apakah yang kami twit? Foto-foto pas masak. Rere @atemalem juga menang ngetwit bersama dengan kami. Kabarnya dia ngetwit “Mas Bara cakep”, hehe. Semoga HP saya dan Rere ga jadi pedas cabe berminggu-minggu lamanya, hehhe…

Cooking experience with Bara Pattirajawane!

Teman-teman masak

Tapi apa ini maksudnya? Kami lebih jago ngetwit daripada masak? Kayaknya gitu. Ya sudah deh… Dan dengan demikian, berakhirlah perjalanan DuaKompor kami!

Oh ya, sebelum kami pamitan, kami sempat minta tanda tangan Mas Bara di resep kami yang berlepotan minyak dan cabe aneka rupa, buat ibu di rumah tentunya 🙂

SELAMAT MENCOBA!

Resep Ikan Kakap Goreng dengan Kuah Santan Cabe Ijo dan Sambal Dabu-Dabu

Tags: , , , ,

22 Responses to “Masak bareng Chef Bara: Kakap Asli Cabe Ijo!”

  1. dini
    16 February 2013 at 2:57 pm #

    hahaha lucu banget pengalaman masak bareng DuaRansel eh DuaKompor ^^
    Resepnya saya contek ya untuk eksperimen di dapur

    • Dina
      16 February 2013 at 5:38 pm #

      tancap mbak!

  2. DebbZie
    16 February 2013 at 3:35 pm #

    Kocak banget cerita si Dua Kompor, hihihihi. Tapi bikin laper nihhh *perut bergemuruh*

    • Dina
      16 February 2013 at 5:38 pm #

      ayo cobain deb, sulit gagal kok, hihi

  3. Nella
    17 February 2013 at 7:23 pm #

    Bahan-bahan untuk membuat sambal dabu-dabu ternyata itu saja, wahhh semuanya ada didapur. Langsung coba praktek ah :).

    • Dina
      18 February 2013 at 1:34 pm #

      Ayo Mbak Nella 😀
      Ntar dipotret ya mbak, kita bikin studi banding, hihi 😀
      Btw, Mbak menetap di mana sih?

  4. Christin
    18 February 2013 at 4:08 pm #

    praktekin aaaahhh

    • Dina
      18 February 2013 at 6:54 pm #

      Tancap Mbak Christin!

  5. diah
    25 February 2013 at 12:06 pm #

    huaa jadi laaparrr nih Mbak bacanya, pengen coba juga aah nanti. ini gak susah kan Mbak? heheh

  6. Fahmi
    25 February 2013 at 1:12 pm #

    wkkkk, baca tulisan sambil ketawa – ketawa sendiri 😀 abis ini tambah bawa kompor dua biji, selain ransel 😀

  7. novi nengusil
    26 February 2013 at 7:55 pm #

    mbak dina terbuka banget dh….. Jadi ketagìhan baca artikel nxa..

  8. Rani
    8 March 2013 at 6:33 pm #

    hwaaaa mbak Dina, seru sekaliii… aahhh jd pengen nyobain masak sama miswa ku hihihihi

  9. emma
    15 March 2013 at 4:33 pm #

    ngikik2 di kantor baca tulisan ini
    hahahaha

  10. Meidi
    17 March 2013 at 4:28 pm #

    hihihihi lucu banget masak memasaknya, appearance makanannya mengugah selera banget wah bakalan sering didapur nih mba dina 🙂

  11. Madu Asli Propoelix
    25 March 2013 at 11:25 pm #

    Baca nya sambil ketawa..
    menjelma jadi dua kompor ehehehe
    asik bacanya ehehe

  12. Rika
    16 April 2013 at 11:54 am #

    lucu banget baca pengalaman mbak Dina Masak, hahahaha… tp ngiler juga niy pas diceritain aroma masakan Mas Bara mulai menguasai ruang kelas.. haha

  13. Lina Simanjuntak
    19 April 2013 at 8:51 am #

    Seru juga.., exciting.., jadi ingin ikut class masak chef Bara..

    • Kagum
      1 May 2013 at 11:24 pm #

      iya pengen juga ikut klas masak chefbara… mahal gak ya

  14. Halim
    17 June 2013 at 1:48 pm #

    Lucu banget hahaha… kaya nonton MasterChef ala DuaKompor 🙂

  15. dodo
    29 June 2013 at 7:35 am #

    cari temen masak bareng ah….

  16. dewi soebing
    9 November 2013 at 1:34 pm #

    Hahaha… seru banget.. sangking serunya ampe ikut ucek ucek mata, krn ikut ngersain juga.. mata pedes kena bks cabe cabe

  17. Ika
    23 April 2014 at 11:58 am #

    Saya suka joke sambal dabu-dabunya haha
    Mbak ada bakat nih buat web tentang mask2an haha

Leave a Reply