The Red City, itulah julukan populer dari kota tua Marrakesh di Maroko. Kota ini didirikan pada abad ke 11, dan seperti halnya banyak kota di jaman dahulu kala, kota ini dikelilingi oleh dinding kota, di mana terdapat banyak gerbang yang menghubungkan interior kota dan sekitarnya. Bayangkan seperti kompleks perumahan. Pernah dengar alun-alun raksasa Jemaa el-Fna yang telah dinobatkan menjadi salah satu UNESCO heritage site? Alun-alun tersebut terletak di kota tua ini, bersebelahan dengan souq (pasar ala Arab/Berber) terbesar di Maroko.
Alun-alun terbesar di Afrika ini begitu tersohor karena merupakan pusat hiburan bagi masyarakat lokal maupun turis mancanegara sejak jaman dahulu kala. Di sini kamu dapat menemukan pawang ular, monyet Barbar, tukang dongeng, penjual air tradisional dengan kostum merah cerah, pentato henna, berbagai pedagang makanan dan minuman seperti bbq sate ala Maroko, otak domba, siput, sosis, dan kuskus. Di souq sebelah alun-alun, kamu dapat menemukan koleksi besar sepatu Arab (gaya Aladin), pakaian, kain, dekorasi rumah, rempah-rempah, parfum, dan barang-barang berwarna-warni yang lainnya. Terlalu banyak untuk disebutkan di sini!
Jemaa el-Fna dan souq di sebelahnya merupakan tempat yang sangat menawan, tapi pertama-tama saya ingin membawamu ke kehidupan masyarakat di kota tua bertembok merah ini. Dunia tua, berbeda dengan dunia modern yang biasa aku lihat. Aneh, eksotik, dan menawan.
Selamat datang di kota tua Marrakesh! Dengan memasuki gerbang ini, anda meninggalkan dunia modern…
Perumahan kunonya dengan dinding berwarna pink-oranye, dengan lorong-lorongnya yang sempit dan berliku-liku bagaikan labyrinth
Penduduk
Wisata kuliner
(Tunggu artikel khusus Wisata Kulinernya juga!)
Souq (pasar Arab/Berber)
Gudang barang di pinggir jalan
Dari tanah, kembali ke tanah: kuburan
Di dalam riad (rumah bertingkat yang tengah-tengahnya merupakan taman kecil dengan atap terbuka)
Graffiti
Catatan kecil:
Mungkin kamu sudah dengar, pada tanggal 28 April kemarin, tidak sampai sebulan yang lalu, ada aksi teroris pemboman di Cafe Argana yang terletak di salah satu sisi alun-alun ini. 17 orang meninggal dunia, dan lebih dari 20 luka-luka. Kami sempat melihat demonstrasi anti teroris di akun-alun ini, juga upacara pemberian bunga menghormati para korban. Kami turut berduka cita dan turut mengutuk aksi teroris ini. Semoga arwah para korban bahagia di atas sana dan semoga kondisi ekonomi masyarakat setempat cepat pulih.
ah pantesan mirip suasana di Oman~
aku juga suka tuh kalo nemu toko2 kecil yang kesannya jadul gitu. berasa lagi maen pelem arab jaman dulu :p
Betul! 🙂
wah great pics.. kota tua banget ya Din, itu gang2 nya ada namanya, gak? kayak Gg. Kelinci 1, Gg. Kelinci 2, dst hihi.. hmm me like the Riad pic most. Don’t really like old buildings kayaknya 🙁
Kayaknya kebanyakan ada namanya Tik. Mungkin kamu bisa baca karena pake Bhs Arab. Aku sih, melongo aja, hehe.
Riad itu dalemnya memang asyik gitu. Dekorasi ala kuno emang seperti gitu juga, cuman ada modern touchnya. Dari luar, bener2 tembok merah biasa doang. Ndak beda sama tetangganya
mbak kemaren ke Agadir kan ya? penasaran ma Agadir, ditungggu tulisannya!
Benar-benar kota yang indah dan beragam serta mengesankan. Jadi ngiri pingin terbang ke sana beli sepatu aladdin.
Mahal gak kl mo jalan2 ke Morocco? Jauh bgt sich…
Kalo udah nyampe di sini sih ga mahal.
salam kenal mbak, senang baca blog nya karena saya & istri juga hobi jalan-jalan. kebetulan di maroko kita juga nginap di riad yang sama – yang ada fotonya di atas.
wah mbak dina menginspirasi pasangan” lain nih buat keliling dunia, jadi pengen juga dah
dinaaaaa boleh kirim itinerary dan semua biaay ke emailku :*
makasihhhhh