Baca dulu: Halong Bay Photostory [1/3]
Kapal terus melaju di antara gunung tebing dramatis. Akhirnya, kami sampai juga di perhentian pertama: Gua Sung Sot!
Gua ini berukuran raksasa, dan di dalamnya sampai dipasang rambu lalu lintas, supaya para turis tidak berkeliaran keluar jalan setapak.
“Daripada stalagtit dan stalakmitnya hancur karena dipeluk-peluk oleh turis yang terlalu bersemangat.”
Ada juga kolam di dalam gua. Riak-riaknya membuat pantulan lampu sorot ke stalagtit di atasnya seperti garis-garis yang bergerak mengalun, mengingatkanku pada lantai dansa.
“Kolamnya sepertinya kolam buatan deh.”
Pemandangan ke perairan dari mulut gua ini, mungkin merupakan salah satu pemandangan Halong Bay yang paling sering dipotret.
Mumpung ada toilet umum gue ke sana. Dan untuk pertama kalinya gue berada di dalam toilet umum tanpa bilik pemisah. Seorang ibu yang melihat saya kebingungan, “mengundang” saya untuk pipis bersebelahan dengannya. Pakaian dalamnya sepertinya sudah dipersiapkan untuk saat-saat seperti ini, karena inilah kala pertama kalinya saya melihat celana dalam bersulam motif bunga-bunga! Bukan lingerie lho, ini celana dalam gaya maxi, tebal, dan nggak seksi. Tapi bersulam bunga seperti karya suku minoritas di toko-toko suvenir. Ada toh, yang beginian. Beli di mana, Bu?
Saya kebingungan karena nggak melihat tisu di sana, dan merasa bego karena lupa membawa tisu.
“Toilet paper?” Tanyaku ke sang ibu.
Dia hanya mengangguk ramah dan menepuk tas besarnya, menenangkan.
Jadilah saya pipis dulu.
Dan ternyata saya salah baca gesture ibu! Dia tak punya tisu!! Dan dia tidak mengelap sama sekali setelah bertoilet ria, hanya mengenakan kembali celana sulaman bunganya, terus dengan santai, jalan ke luar! (Tak perlu disebut, WC ga disiram)
Saya bengong. Wastafel rusak. Ga ada air, ga ada tisu. Kisah menit-menit ini sebaiknya saya sensor saja!!
Pokoknya setelah saya keluar dari toilet, barulah saya ingat bahwa di tas ada sebotol Nice Tea, yang buntutnya jadi penyelamat martabat.
Udah udah, jangan dibahas!
(Iya, nice tea, bukan ice tea!)
Gara-gara itu, saya lupa sama sekali untuk membawa travel-tripod saya yang nangkring di atas tangki WC (yang NB rusak). Ingatnya ketika sudah dekat dengan kapal. Alhasil, ketika yang lainnya asyik menonton aktivitas berbelanja hasil laut segar di floating market, saya harus lari-lari kembali ke toilet sialan tadi.
Sisa Nice Tea gue minum habis.
Kapal kembali melaju. Pasangan Vietnam tulen menerjemahkan pesan dari boatman, “Hari ini tidak sempat ke dua gua yang lain dan lokasi kayak yang ada di itinerari.”
Yah, salah siapa gitu, pakai acara terlambat dan mogok segala, buang-buang 2 jam! Tapi gimana lagi ya, aktivitas beginian kan tergantung matahari. Matahari tenggelam, sudah deh. Lagian untuk guanya, saya sudah puas mendatangi Surprise Cave ini, yang harusnya merupakan gua tercantiknya di sini. Betul nggak sih?
“Kayak akan dilakukan di lokasi yang sejalan.”
Good, masih ada kayak!
“Dan masih akan sempat renang di laut.”
Horee!!!
Sesekali, ada perahu kecil yang lewat. Yang satu ini, saya nggak yakin si ibu lagi jemur bajunya, atau ini toko baju apung. Atau layanan laundri apung.
Halo, Pak! Berapa harga rok terusannya yang pink kuning?
Sedangkan yang ini sepertinya rumah:
Kapal melaju di antara gunung tebing dramatis. Namun sebagian besar dari grup tergeletak lemas di ruang makan, capai, tidur siang. Hanya tiga orang, the French speaking group, yang punya energi untuk mengobrol dan melanjutkan sunbathing di atap yang panas. Hari ini, nggak ada awan.
Akhirnya ketika saya mau ikutan tidur, eh, kami tiba di lokasi renang. Kapal kami berhenti di tengah perairan dengan gunung-gunung tebing cantik khas Halong. Cukup jauh dari kapal, adalah pantai berpasir putih halus. Dan khas backpacker mancanegara, semuanya (kecuali sang wanita Vietnam tulen) renang dari kapal, ke pantai, jalan-jalan di pantai sebentar, dan kembali ke kapal.
Pantai ini terletak di dalam teluk kecil berdinding tebing tinggi tegak lurus. Ketika sudah sampai di dalam teluk, saya mengubah renang saya dari gaya katak, ke gaya punggung. Sekalian tiduran, sekalian lebih nyaman begitu karena saya masih menggunakan kaca mata saya. Tanpanya, saya nggak bisa lihat apa-apa. Sayangkan, renang di tempat secantik ini, kalau nggak bisa lihat pemandangan.
Melihat ke atas, ditutupi oleh dinding tebing hitam berbentuk U, rasanya seram menggetarkan, tapi juga damai. Jenis kedamaian yang menyeramkan saking sepinya. Seperti rasa berjalan di pekuburan yang cantik penuh patung indah di Costa Rica. Damai, sepi, tapi mencekam. Eh kok bisa sepi? Mana yang lain? Saya ditinggal! Gara-gara keasyikan motret! Yang lain sudah sampai di pulau. Jadilah saya berenang seorang diri, tanpa siapapun di dekat saya. Hiu?
Berikutnya, lompat dari atap kapal! Si pemuda berambut panjang bercerita, 2 hari sebelumnya, seorang turis dagunya robek. Gara-gara main lompat dari atap kapal seperti ini. Ketika akan melompat, dia tersadar bahwa ada orang di permukaan air di depannya. Jadi ia rem. Sayangnya, badannya sudah terlanjur menolak atap kapal. Jadilah ia terpelanting dan tergores pinggiran kapal. Dagu robek dan dijahit. Oleh-oleh autentik dari Vietnam.
Sesi lompat melompat diakhiri saat kami mulai nyadar bahwa oli kapal telah tumpah di laut di sekitar kami, membentuk selaput berwarna pelangi, yang nampak begitu jelas bagi yang berdiri di atas kapal. Sedangkan yang berenang-berenang di bawah, agak kurang sadar. Nggak ada yang minat untuk lompat dari atap kapal menembus selaput oli.
Berakhirlah sesi renang.
Hey it looks like a top place! I still haven’t been to Vietnam, but Susan has. Maybe later ya…
You’ve been all over SEA, but not Vietnam yet? Wow 🙂
Yeah, this place is recently chosen as one of the 7 wonder of nature 🙂
(not that I agree with the whole vote system, or even the concept of 7 wonder itself, that I think is outdated)
Waaah jadi keinget saat di Halong Bay, nginep semalaman di perahu, pengalaman naik kayak, makan bareng sesama peserta. Halong bay jd salah satu destinasi sy saat berbackpacker, Mulai dari Jakarta – Ho Chi Minh City – Siem Riep – Angkor Wat – Bangkok (terpaksa batal krn pas ada demo besar sampai ke bandara,saat itu beritanya heboh dan tmn di bangkok nyaranin dibatalkan aja. Rugi ticket yg sudah kebeli : tiket pesawat Siem Reap – Bangkok – Hanoi, Hiks). Akhirnya dr Siem Reap beli tiket pesawat lg ke Hanoi. dari Hanoi lanjut ke Luang Prabang – Vientiane Laos – Kl – Melaka – Singapore – Jakarta. Pengen nulis pengalaman itu, tp belum bisa2 hehe. Jadi semangat lagi saat lihat Mbk Dina & suami di slh satu TV, lanjut cari webnya. Moga bisa menyusul, dan ngikutin jejaknya Mbk Dina & Suami. Semangat 3x melihat Dunia…….