{"id":85,"date":"2011-01-27T10:25:50","date_gmt":"2011-01-27T03:25:50","guid":{"rendered":"http:\/\/www.duaransel.com\/?p=85"},"modified":"2012-05-25T23:58:08","modified_gmt":"2012-05-25T16:58:08","slug":"kenangan-paris-arc-de-triomphe","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.duaransel.com\/eropa\/perancis\/kenangan-paris-arc-de-triomphe\/","title":{"rendered":"Kenangan Paris: Arc de Triomphe"},"content":{"rendered":"
Kali ini saya mau berbagi cerita tentang pertama kali saya pergi ke luar negeri. Waktu itu, saya masih kuliah. Kakak saya, Dede, waktu itu sedang Co-op di Maulburg, sebuah desa kecil di pinggir Black Forest di Jerman. Dia mengajak saya untuk berlibur di sana selama beberapa minggu. Bahagianya bukan kepalang!<\/p>\n
Sesampai di sana, Dede punya kejutan lagi (seolah pergi ke Jerman tidak cukup hebat): dia membawa saya pergi ke Paris! Paris adalah kota impian saya saat itu, apalagi setelah membaca komik Jepang Rose of Versailles. Wah, senangnya!<\/p>\n
Sewaktu di Paris, kami berdua tentu saja bertekad mengunjungi landmark-landmark terkenal di kota tersebut. Menara Eiffel, tentu saja. Museum Louvre, tempat tinggal sang Monalisa, pun tak ketinggalan, meskipun hanya dari luarnya saja. Bahkan kami sempat mengunjungi Istana Versailles yang terletak di luar kota Paris!<\/p>\n
Salah satu landmark terkenal di sana adalah Arc de Triomphe, alias gerbang kemenangan. Berdasarkan keterangan yang kami baca dan dengar, gerbang pelengkung ini berukuran sangat besar, berwarna putih, ndak jauh dari Museum Louvre, dan saking besarnya, kata orang tidak mungkin terlewatkan.<\/p>\n
Mulailah kami berjalan menuju ke Arc de Triomphe! Hari itu kami sudah berjalan jauh, jadi sebentar-sebentar saya bertanya ke sang kakak, “Kapan sampainya sih, De?” atau “Masih jauh?” Duh, haus… mana harga air minum 10 ribu rupiah lagi. Pada tahun 2000, itu duit banyak. Sehingga kita pilih untuk minum air dari air mancur di jalanan kalau ada.<\/p>\n
Wah, alangkah senangnya kami ketika akhirnya sebuah monumen arc putih muncul di hadapan kami! Benar, ternyata tidak jauh sama sekali dari Louvre. Kami kira masih setengah atau 1 jam lagi dari Louvre. Tidak hanya dekat, malah selokasi. Tapi…. kok ndak terlalu besar, ya? Besar sih iya, tapi “besar sekali” sih ndak.<\/p>\n
“Wah, De, besar sih, tapi ternyata ndak sebesar yang aku kira.”<\/p>\n
“Iya nih, aku kira juga lebih besar. Tapi cantik sekali ya…”<\/p>\n
“Iya, cantik, apalagi ada patung pasukan kudanya berwarna ijo di atas atap.”<\/p>\n
Kami terdiam sebentar, menikmati keindahan gerbang putih setinggi kurang lebih 20 meter di depan kami.<\/p>\n
“Ayo De, potret-potret!”<\/p>\n