{"id":4860,"date":"2015-07-08T14:13:13","date_gmt":"2015-07-08T07:13:13","guid":{"rendered":"http:\/\/www.duaransel.com\/?p=4860"},"modified":"2015-07-08T14:13:13","modified_gmt":"2015-07-08T07:13:13","slug":"ramadhan-istanbul","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.duaransel.com\/asia\/turki\/ramadhan-istanbul\/","title":{"rendered":"Bulan Ramadhan di Istanbul"},"content":{"rendered":"
<\/a><\/p>\n Di awal-awal perjalanan kami, tepatnya di tahun 2009, beruntung sekali kami berada di Istanbul, Turki, di bulan Ramadhan. Seru!<\/p>\n Tentunya sudah pernah dengar Masjid Sultan Ahmed yang berada di Istanbul? Atau mungkin tahu dengan nama tenarnya, \u201cBlue Mosque\u201d, nama yang merujuk pada ubin biru yang melapisi dinding-dindingnya. Masjid Sultan Ahmed dengan arsitektur bergaya Ottoman (Utsmaniyah) klasiknya dibangun di awal abad ke-17 pada masa pemerintahan Sultan Ahmed I, tepat di seberang Hagia Sophia, terpisahkan oleh pelataran dan taman. Bangunan megah nan indah ini adalah salah satu landmark terpenting di Istanbul, hingga kini dipergunakan sebagai masjid, namun juga dibuka untuk para turis di saat tidak digunakan untuk acara keagamaan.<\/p>\n Nah, di sepanjang bulan Ramadhan itu, Sultan Ahmed Square yang terletak di sebelah masjid, atau dikenal juga dengan nama Hippodrome Konstatinopel, berubah menjadi lautan pasar malam etnis yang super seru! Mulai buka di sore hari, menargetkan mereka yang hendak berbuka puasa, hingga tengah malam pun masih ramai. Dari warga lokal, turis domestik, hingga turis mancanegara, yang kebanyakan berasal dari negara tetangga. Warung-warung dan kedai-kedai menyajikan berbagai jenis makanan tradisional. Dari gulali beraneka warna yang bisa dicampur-campur saat masih panas membentuk customized lollypop, hingga makanan berat seperti beraneka jenis kebab!<\/p>\n <\/a><\/p>\n Para pedagang berjualan berbagai macam barang. Suvenir dan pernak-pernik etnis, bahkan mainan anak-anak pun marak. Warung-warung shisha aneka rasa dan aroma terdapat di sana sini untuk berkumpul dengan teman dan kerabat dan bersantai bersama. Di mana-mana, musik khas Turki melantun. Di sana-sini ada pertunjukan tari, termasuk Whirling Dervish di mana para pria mengenakan baju panjang berwarna putih dan menari berputar-putar dengan kecepatan sangat tinggi mengikuti irama lagu yang menghanyutkan.<\/p>\n <\/a><\/p>\n Dari semua makanan yang disajikan, dari kebab beraneka ragam dan sajian manis beraneka rupa dan warna, favoritku adalah es krim!<\/p>\n Es krim? Apa uniknya? Es krim di sini kenyal! Kenyal?<\/p>\n Ya, es krimnya kenyal. Bukan es krim biasa. Tukang es krimnya pun bukan tukang es krim biasa. Mereka mengenakan baju tradisional Turki, dan mereka panda melakukan trik-trik es krim dan akan mempermainkan si pembeli! Es krim yang kenyal ini juga lengket. Saking lengketnya, saat diciduk dengan tongkat pengaduknya, gumpalan es krim 1 drum dapat diangkat sekaligus, keluar dari drumnya sebagai 1 gumpalan raksasa, dan dengan lincahnya si tukang es akan melemparkannya ke udara dan menangkapnya. Sungguh pertunjukan yang mencengangkan. Sambil memperagakan trik-trik lainnya, ia akan membuat cone es krim si pembeli. Namun pada saat ia memberikannya pada sang pembeli, ada lagi triknya. Cone yang sudah di tangan pembeli (yaitu aku), tiba-tiba lenyap! Karena di tukang es dengan lihai mencekatkan tongkat pengaduk tadi di gumpalan es krim dan menariknya ke udara. Es krim pun melayang di udara! Dan semua penonton tertawa terpingkal-pingkal menertawakan aku yang berdiri malu dengan tangan kosong menjulur, kehilangan es krim. Perutku sendiri sudah teramat sangat sakit perut karena tertawa begitu hebat! Seruuuuu sekali\u2026.<\/p>\n <\/a><\/p>\n Btw itu foto Luke, adiknya Ryan, pas dikerjain tukan es krim Turki, hehehe…<\/p>\n Bagaimana dengan rasanya sendiri? Setelahaku berhenti tertawa dan perut tidak sakit lagi, barulah bisa mencoba. Teksturnya seperti marshmallow yang kenyal, namun beku. Sangat menyenangkan buat kunyah-kunyah.<\/p>\n Sepuas kami berputar-putar di pasar malam, sebelum kembali ke penginapan, kami selalu mampir di bangku-bangku yang berjejer di depan Blue Mosque. Di depan kami adalah Blue Mosque yang berwarna biru, di belakang kami, terpisahkan oleh sebuah taman, adalah Hagia Sophia yang berwarna merah muda. Letaknya agak jauh dari hingar bingar pasar malam di Hippodrome, namun kami masih bisa mendengar keramaian samarnya.<\/p>\n Tak lama duduk di sana, terdengar seruan, \u201cchai, chai, chai, lira, lira, lira\u2026.\u201d<\/p>\n Para penjual teh berdatangan dengan jajaannya. \u201cChai, lira.\u201d Maksudnya, satu lira saja untuk 1 gelas teh panas, disajikan dengan bongkahan gula. Kami selalu membelinya setiap malam. Meluruskan kaki sembari menenangkan diri dari kemeriahan pasar malam yang baru saja kami tinggalkan. Bahkan pada saat kami terlalu malas untuk berputar-putar di pasar malam, kami masih mampir ke depan masjid untuk menikmati sepi malam yang syahdu. Penginapan kami tak jauh dari situ.<\/p>\n <\/a><\/p>\n Kami duduk-duduk dalam ketenangan malam, sambil menikmati pemandangan masjid biru yang syahdu, yang ditempa cahaya lembut lampu-lampu sorot di sekitarnya, di bawah naungan hitam malam dan bintang yang bertaburan di langit, sambil menyesap teh manis panas yang sangat sederhana. Ah, nikmatnya\u2026<\/p>\n Begitulah ingatanku mengenai Istanbul di bulan Ramadhan…<\/p>\n Sedikit tips keuangan di Turki<\/strong><\/p>\n Mungkin lebih tepat disebut sebagai sharing pengalaman pribadi kami daripada sebagai tips, namun semoga berguna \ud83d\ude42<\/p>\n Mata uang Turki adalah Lira. 1 Lira saat ini adalah sekitar 5 ribu rupiah. Saat itu, kami memasuki Turki melalui jalan darat, yaitu dari Yunani. Kami naik kereta api, yang terpaksa disambung dengan bis karena Turki baru saja mengalami banjir bandang besar yang menyebabkan rel kereta api tergenangi banjir cukup tinggi sehingga lintasannya tak dapat digunakan. Saat itu kami tidak berbekal lira sama sekali. Kami hanya punya sisa Euro dari perjalanan berbulan-bulan di Eropa. Setiba kami di stasiun, kami tarik tunai di ATM menggunakan kartu ATM. Tidak perlu repot-repot cari money changer, karena ATM ada banyak. Euro kami simpan sebagai emergency cash, dan ya toh setelah Turki rencananya kami juga akan mampir Eropa lagi. Penginapan-penginapan di sini dapat dibayar dengan kartu kredit, mengurangi beban harus tarik cash dalam jumlah besar. Memang lebih praktis dan aman hanya membawa cash seperlunya saja. Menghindari pencurian atau keteledoran yang mengakibatkan kehilangan uang \ud83d\ude42<\/p>\n <\/a><\/p>\n Oh ya, ada perkampungan penginapan dari kelas backpacker hingga luxury di sekitar Blue Mosque dan Hagia Sophia. Letaknya sangat strategis bagi para pengunjung. Penginapan, makanan, toko-toko, bahkan berbagai landmark penting dapat dicapai dengan jalan kaki singkat. Say hi to Ryan and Josh! Josh adalah adiknya Ryan \ud83d\ude42 Itu pemandangan dari roof top hostel kami di Istanbul, Hagia Sophia!<\/p>\n Kontes Selfie Ramadhan dari CIMB Niaga<\/strong><\/p>\n Omong-omong tentang Ramadhan, sudah dengar tentang kontes meme #hariginigitu edisi khusus Ramadhan dari CIMB Niaga, belum? Gampang sekali, masukkan selfie kamu dengan ekspresi repotnya bawa uang cash vs praktisnya pakai kartu ATM, kartu kredit, online banking, atau rekening ponsel, dan pilih teks meme yang sesuai, sudah deh. Kalau beruntung menang, bisa dapat hadiah 1 juta Rupiah per orang! Lumayan kan, selfie berhadiah sejuta! Ini linknya: hariginigitu.com<\/a> – Good luck!!<\/p>\n