{"id":3598,"date":"2013-08-28T09:00:52","date_gmt":"2013-08-28T02:00:52","guid":{"rendered":"http:\/\/www.duaransel.com\/?p=3598"},"modified":"2013-08-28T01:16:47","modified_gmt":"2013-08-27T18:16:47","slug":"india_sari","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.duaransel.com\/asia\/india\/india_sari\/","title":{"rendered":"Asyiknya Blusukan di India pakai Sari"},"content":{"rendered":"
\"Sari<\/a>

Sari biru, rumah biru, kota biru. (photo by Steph)<\/p><\/div>\n

Apa sih sari itu?<\/span><\/strong><\/h3>\n

Itu lho, pakaian tradisionalnya wanita India yang menyerupai kain panjang yang sebagian dililitkan dari pinggang ke bawah seperti sarung, dan sisanya dikenakan seperti selendang yang disampirkan di bahu atau bisa juga dijadikan kerudung. Ah, bagi yang rajin nonton film-film Bollywood, pasti tahu seperti apa sari itu.<\/p>\n

\"Sari<\/a>

Tea break!<\/p><\/div>\n

Saat tiba di Kalkuta, aku terpana oleh cantiknya wanita-wanita bersari \u2013 bukan cantik dalam arti yang biasa, lebih seperti kecantikan yang sederhana dan tak terkikis waktu. Mungkin lebih tepat aku sebut sebagai indah atau anggun.\u00a0Mayoritas wanita yang kulihat di sini mengenakan sari atau pakaian khas India lainnya. Baik muda maupun tua, kaya maupun miskin, yang berjualan di kota maupun yang bertani di sawah!<\/p>\n

Aku kagum pada keluwesan mereka bergerak, dengan kain berjuntaian yang bagiku tampak ribet dan rawan tercantol dan terlepas. Bahkan mereka bisa mengangkut karung-karung raksasa di kepala dan kain tetap melambai lembut!<\/p>\n

Membuatku ingin mengenakannya…<\/p>\n

Mengapa tidak? Tinggal beli \ud83d\ude42<\/span><\/strong><\/h3>\n
\"India<\/a>

Beli sari<\/p><\/div>\n

Di pinggir Sungai Gangga, aku membeli kain sari, hanya 60 ribu rupiah \u2013 mungkin bisa ditawar lebih jauh. Choli, blus lengan pendek seperut yang biasa dikenakan saat memakai sari, dipotongkan dari salah satu ujung kain dan dijahit (40 ribu rupiah karena minta kilat, 3 jam \u2013 bisa lebih murah lagi tapi udah ngebet pake).<\/p>\n

Keluyuran pake sari itu asyik<\/strong><\/span><\/h3>\n

Benares. Kami mampir ke pinggir Sungai Gangga. Sungai suci orang Hindu, di mana mereka mandi tidak hanya untuk membersihkan tubuh, namun juga jiwa.<\/p>\n

\"Varanasi<\/a>

Mengarungi lautan pilgrim di pinggir Sungai Gangga, sungai tersuci bagi umat Hindu. (photo by Baro)<\/p><\/div>\n

\"Hindus<\/a>

Menyaksikan wanita-wanita bersari dan pria-pria… umm… telanjang dada… mandi suci di Sungai Gangga.<\/p><\/div>\n

\"A<\/a>

Seekor sapi bernama Gangga, tinggalnya di kuil di tepi Sungai Gangga.<\/p><\/div>\n

Jodhpur. Kami menikmati indahnya lautan rumah bernuansa biru di Jodhpur dari Benteng Mehrangarh di atas bukit.<\/p>\n

\"Jodhpur,<\/a>

Jodhpur, the Blue CIty of India, dilihat dari Mehrangarh Fort.<\/p><\/div>\n

\"Mehrangarh<\/a>

Mehrangarh Fort, Jodhpur. (photo by Steph)<\/p><\/div>\n

Agra. Kami berjalan-jalan di Taj Mahal.<\/p>\n

\"Taj<\/a>

Duduk-duduk di depan Taj Mahal bareng si putih NX300. (photo by Jaime)<\/p><\/div>\n

\"Taj<\/a>

Lagi mainan kamera NX300, masih di Taj Mahal. (photo by Jaime)<\/p><\/div>\n

Pake sari panas ga sih? Panas sih nggak. Malah sebetulnya sejuk karena pinggangnya terbuka. Sedangkan kalau cuaca lagi dingin, selendang bisa disampirkan ke lengan seperti mantel selimut. Serba guna ya. Roknya yang panjang ternyata berguna sebagai tameng cipratan air kubangan, apalagi di musim hujan seperti ini. Apalagi di India yang banyak sapi (dan kotorannya) di jalanannya. Sama sih efeknya dengan celana panjang. Tapi rok sari sejuk.<\/p>\n

Ribet nggak sih?\u00a0Ribetnya mungkin iya, bagi yang belum biasa seperti diriku. ternyata supaya tetap rapih, perlu beberapa peniti. Di depan perut, dan di bahu dimana selendang tersampir. Tapi rok sari ternyata nggak sempit. Rok hanya dilingkarkan sekali dan di bagian depan berlipat-lipat banyak, sehingga sebetulnya kaki bisa bergerak dengan cukup leluasa.<\/p>\n

\"India<\/a>

Masih di Taj Mahal: Bollywood Time!!! (photo by Jaime)<\/p><\/div>\n

Mmm… tapi nggak tau lagi ya, tergantung rok dalaman (petticoat) yang dikenakan di bawah sari mungkin. Berhubung aku tak punya, aku cuma pakai celana selutut sebagai dalaman. Alhasil bisa pencilakan!<\/p>\n

Namun hal yang paling mengasyikkan dari mengenakan sari adalah interaksi dengan warga saat blusukan di perkampungan!<\/strong><\/span><\/h3>\n

Walau ada banyak turis yang membeli kain sari, namun kenyataannya selama hampir sebulan kami berada di India, tak sekalipun kami bertemu turis asing yang mengenakan sari. Maka kehadiran makhluk bersari namun minus wajah \u201cacha acha\u201d membuat warga penasaran.<\/p>\n

Pertanyaan paling populer: “Asal mana?”<\/p>\n

“Indonesia”<\/p>\n

Dan bapak pemilik toko ini dengan bangganya berkata, “aku punya produk Indonesia di tokoku!”<\/p>\n

\"India<\/a>

Cintailah produk dalam negeri. (Photo by Baro)<\/p><\/div>\n

Di kala lain, serombongan ibu-ibu memanggil kami untuk mendekat.<\/p>\n

“Rambutmu berantakan sekali,” pasti begitu kata ibu bersari merah muda itu.<\/p>\n

Buktinya, setelah itu kepanganku dilepas, kemudian disisir halus, dan dikepang ulang.<\/p>\n

Tak hanya rambut, bindhi (merah-merah di dahi) pun jadi korban perhatian. Sticker bindhi bundarku dikelupas dan diganti dengan yang lonjong oleh seorang gadis yang terkikik tertahan.<\/p>\n

Memang wanita di sini rambutnya semua nyaris seragam: kepang satu di belakang. Bahkan aku pernah melihat kepangan palsu dari kain hitam! Mungkin rambut aslinya kurang panjang atau kurang tebal? Sedangkan hari itu kepanganku memang tampak kacau. Bukannya kepang di belakang, tapi \u201cpilin\u201d di samping. Itu pun sudah terburai-burai.<\/p>\n

\"Jodhpur<\/a>

… dan dikepang ulang…<\/p><\/div>\n

Begitulah serunya blusukan pake sari di India! Bolak-balik distop warga lokal untuk diajak ngobrol.<\/p>\n

Dari nenek-nenek…<\/p>\n

\"Jodhpur<\/a>

Ngobrol ama nenek-nenek di semacam temple for a good cause di Blue City Jodhpur. (photo by Steph)<\/p><\/div>\n

…hingga anak kecil.<\/p>\n

Anak-anak kecil di sini bukan cuma suka dipotret, tapi juga suka memotret. Kamera kami pun menjadi semacam piala bergilir di antara mereka. Pasang auto mode, kalungkan talinya ke leher mereka supaya nggak terjatuh, dan biarkan fotografer-fotografer cilik beraksi!<\/p>\n

\"Varanasi<\/a>

Rebutan motret. (photo by Steph)<\/p><\/div>\n

Kadang diajak mampir ke rumah mereka.<\/p>\n

\"Jodhpur<\/a>

“Yuk mampir dulu.”\u00a0
<\/span><\/em><\/p><\/div>\n

Oke, yang ini lagi ngapain coba? Nggak tau deh, pokoknya ujung-ujungnya dimarahi ama polisi setempat karena menghalangi. Menghalangi orang lompat pagar rintangan…<\/p>\n

\"Pilgrims,<\/a>

“Minggir, Neng!” (photo by Baro)<\/p><\/div>\n

Di tempat-tempat wisata, banyak turis domestik India yang ngajakin foto bareng karena mereka jarang lihat wanita non-India mengenakan sari. Sampai ada yang panggil jasa tukang foto langsung jadi karena ia tak membawa kamera.<\/p>\n

\"Varanasi<\/a>

Benares: “Foto bareng dong, mbake.”
<\/span><\/em><\/p><\/div>\n

Pernah juga ketemu sekelompok turis wanita Rajasthani (domestik) di sebuah benteng. Mereka menggunakan selendang transparannya sebagai cadar yang ditutupkan ke sekujur wajah, bahkan mata pun tertutup cadar. Hanya sesekali mereka membukanya. Saat cadar terbuka, terlihat lah cincin hidung raksasa dan rantai emas di rambut\/dahi yang entah namanya apa. Eksotis. Ini adalah kontak pertama kami dengan mereka, dan aku terpesona. Namun aku tak berani mendekatinya, hanya berani mencuri pandang dari jauh.\u00a0Ternyata oh ternyata, mereka malah juga penasaran akan wanita non-India bersari ini. Akhirnya malah mereka yang nyamperin, ngajakin ngobrol walau nggak nyambung sama sekali. Alangkah senangnya!<\/p>\n

\"Wanita<\/a>

Wanita Rajasthani<\/p><\/div>\n

Yang lucu? Sariku diberedel abis sama ibu-ibu! Dicopot abis sampai tinggal dalamannya saja! Kemudian sarinya dipasang ulang dari awal! Kata mereka, berantakan sekali, mana terbalik pula!<\/p>\n

\"Varanasi<\/a>

“Come in, let me help you with the sari.”<\/p><\/div>\n

Kalau dilihat lagi foto sebelum dan sesudahnya, jadi maklum deh kenapa sampai dibongkar pasang begini sarinya.<\/p>\n

\"Sari<\/a>

Sari: before and after.<\/p><\/div>\n

Kejadian sari dibongkar pasang tersebut terulang beberapa kali. Yang lucu juga, bahkan security guard wanita di Taj Mahal pun ikutan merapihkan lipatan sariku setelah dia selesai menggerayangi sekujur tubuhku yang baru saja melewati metal detector. Berkat dia, aku jadi rapi jali saat bertemu dengan sang Shah Rukh Khan alias SRK, di Taj Mahal pula!!<\/p>\n

\"Shah<\/a>

Ketemu Shah Rukh Khan, di Taj Mahal pula. Yay!!<\/p><\/div>\n

Ehm ehm… maaf, cuman botolnya saja… haha, maaf buat yang sudah terlanjur excited ^^<\/p>\n

Ya udah dulu deh, sekian dan terima kasih atas perhatiannya \ud83d\ude42<\/p>\n

\"Taj<\/a>

Latihan buat audisi Bollywood di Taj Mahal. (photo by Jaime)<\/p><\/div>\n

All photos are taken using Samsung Mirrorless NX300, except those by our friends Jaime, Baro, and Steph. Thanks guys, keep in touch!<\/em><\/span><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

“Rambutmu berantakan sekali,” pasti begitu kata sang ibu. Buktinya, setelah itu kepanganku dilepas, kemudian disisir halus, dan dikepang ulang.<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":3595,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[314],"tags":[319,323,321,324,386,318,315,310,309,317,320,322],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/3598"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=3598"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/3598\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/media\/3595"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=3598"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=3598"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=3598"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}