{"id":243,"date":"2011-02-04T13:52:26","date_gmt":"2011-02-04T06:52:26","guid":{"rendered":"http:\/\/www.duaransel.com\/?p=243"},"modified":"2014-05-22T00:58:27","modified_gmt":"2014-05-21T17:58:27","slug":"arung-jeram-bawah-tanah-di-gua-cacing-bersinar-waitomo-selandia-baru","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.duaransel.com\/oseania\/selandia-baru\/arung-jeram-bawah-tanah-di-gua-cacing-bersinar-waitomo-selandia-baru\/","title":{"rendered":"Arung Jeram Bawah Tanah di Gua “Cacing Bersinar” Waitomo, Selandia Baru"},"content":{"rendered":"

Tentunya kalian sudah tahu akan “white water rafting” alias arung jeram. Namun sudah pernahkah kalian dengar tentang “black water rafting”, alias arung jeram di air hitam?<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Black Water Rafting<\/p><\/div>\n

Black water rafting (BWR) adalah sejenis arung jeram yang tidak dilakukan di sungai biasa, namun di sungai bawah tanah! Sungai bawah tanah? Ya, misalnya sungai di dasar gua. Di dalam gua yang gelap, air sungai tampak gelap, maka itu disebut “black water”. Gua ini kadang menyempit, maka yang dipergunakan bukan perahu karet rafting seperti biasanya yang besar, tapi ban dalam karet (tube), seperti ban hitam yang biasa dipakai buat anak-anak kecil untuk mengambang di kolam renang. Karena itu, black water rafting dikenal juga dengan nama “cave tubing”.<\/p>\n

Cave tubing ini asyik sekali. Pada dasarnya, kita mengambang terlentang di atas ban karet tersebut. Ketika aliran sungai deras, kita terseret-seret arus. Ketika arusnya lambat, kita mengapung dengan santai. Ketika sungainya dangkal dan sempit, kita akan merangkak-rangkak di dasar gua yang geronjalan. Dan ketika aliran sungai tampak lenyap ke dalam kekelaman dan terdengar suara gemuruh yang menegangkan, artinya kita menghadapi air terjun bawah tanah, di mana kita harus lompat untuk mencapai dasarnya yang hitam kelam!<\/p>\n

Petualangan arung jeram bawah tanah ini masih jarang di dunia. Yang saya tahu lokasinya hanyalah di Belize dan Selandia Baru<\/a>. Kami sangat beruntung untuk bisa mengikuti petualangan bawah tanah ini di tempat kelahiran olah raga tersebut, yaitu di gua-gua Waitomo (Waitomo caves).<\/p>\n

\"Peta<\/a>

Posisi Waitomo<\/p><\/div>\n

Waitomo adalah sebuah wilayah di Pulau Utara Selandia Baru<\/a> yang memiliki sekitar 300 gua batu kapur (itu yang sudah diketemukan) di bawah bukit-bukitnya. Gua batu kapur ini sudah mulai terbentuk sejak 30 juta tahun yang lalu ketika daerah ini masih terletak di dasar lautan. Tanpa petualangan arung jeram pun, gua-gua di Waitomo sangatlah terkenal. Tidak hanya indah karena formasi-formasi stalaktit, stalagmit, pilar dan tirai batu kapur, namun gua Waitomo ini memiliki sesuatu yang sangat unik: Glowworm! Glowworm, kalau saya terjemahkan ke Bahasa Indonesia, mungkin menjadi “cacing bersinar” atau “cacing berkilau” (pilih sendiri). Glowworm sebenarnya bukanlah cacing, namun adalah sejenis serangga yang di masa larvanya bersinar biru dan melekat di langit-langit gua. Memandang langit-langit gua serasa memandang langit malam yang bertaburkan bintang-bintang besar berwarna biru cerah. Ajaib rasanya, apalagi kalau dinikmati selagi mengapung di sungai bawah tanah yang hitam kelam. Sangat damai, tenang, dan menggetarkan jiwa.<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Dekorasi Gua Waitomo<\/p><\/div>\n

Untuk menikmati keindahan Gua Waitomo ini, kita dapat mengikuti berbagai tur. Tur jalan kaki dengan pemandu, tur naik boat, dan tentunya seperti yang sudah saya sebut, tur arung jeram bawah tanah (BWR)! Penyelenggara tur “Discover Waitomo<\/a>” yang kita gunakan memiliki 2 pilihan petualangan BWR: Black Labyrinth yang melibatkan arung jeram dan rambah gua (caving) tingkat dasar, dan Black Abyss yang selain melibatkan arung jeram dan caving, juga melibatkan panjat gua dan abseiling<\/a>.<\/p>\n

Karena keterbatasan waktu dan dana (juga keterbatasan keberanian, haha, karena aku agak penakut), kami memilih tur Black Labyrinth yang lebih ringan. Kalau anda berminat, sebaiknya booking dulu, supaya kebagian tempat. Kami tidak booking, tapi untungnya masih ada jatah tempat untuk tur hari itu. Peralatan yang perlu dibawa? Hanya pakaian renang dan handuk saja. Wet suit, wet jacket, helm dengan lampu kepala, wet socks, wet shoes, dan tentunya ban arung jeram, semua telah disediakan.<\/p>\n

Tips memilih ban: Ban tersedia dalam berbagai ukuran. Jangan sok mini, hehe. Kalau merasa berbadan besar, pilih ban yang besar, daripada pantat tidak muat di lubang ban!<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Mencoba ban<\/p><\/div>\n

Siap untuk mengikuti petualangan kami?<\/p>\n

Perhentian pertama ternyata bukan gua! Kami dibawa ke sebuah sungai biasa di alam terbuka. Airnya kecoklatan, bukan sungai yang cantik. Ternyata di sini acaranya adalah…. latihan melompati air terjun!! Jantungku berdebar-debar tidak karuan. Saya bukanlah petualang sejati seperti kakak saya yang hobi menuruni dinding sekolah 3 lantai dengan tali. Jika kakak saya adalah anggota cewek grup pecinta alam yang paling berani, saya adalah anggota palang merah remaja yang berfungsi sebagai korban yang digotong-gotong di atas tandu. Jika di kolam renang dia sudah renang bolak-balik ratusan meter, saya masih bertelentang mengambang dengan damai di sisi kolam yang tenang. Singkat kata, saya kurang adventurous dan cenderung penakut. Latihan melompati air terjun ini berarti kami harus lompat ala nggeblak ke belakang dari platform 2 meter lebih di atas sungai, dengan target mendarat di pantat. Ban karet yang tipis dan kurang udara itu dipegang supaya bulatan bolongannya pas di pantat. Ohya, kita juga harus lompat sekuatnya ke belakang, tidak hanya pasrah, karena nantinya kita harus menhindari bebatuan di dasar air terjun. Sang pemandu akan menghitung sampai 3, dan selagi kamu melompat, dia akan mendorongmu ke belakang supaya lebih mantap! Bagaimana menurutmu? Biasa saja? Menakutkan? Saya sih sempat ketakutan akan mendapat serangan jantung! Sudah panik begini, dasar pemandu turnya usil, masa kami dipotret sewaktu mendarat di sungai! Muka kami monyong-monyong jelek sekali.<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Praktek melompat di air terjun<\/p><\/div>\n

Setelah kami dinyatakan lulus ujian lompat, kami pun digiring ke Gua Ruakuri, salah satu gua tercantik di Waitomo. Pintu gua tersebut sangatlah kecil. Sebaiknya disebut “bolongan gua” saja daripada”pintu gua”. Saking kecilnya, pasti kamu tidak dapat menemukannya dari foto di bawah ini. Setelah bersusah payah memasuki bolongan gua yang sempit, kami memanjat turun dinding gua, dan mulailah petualangan bawah tanah kami!<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Masuk gua? Siap!!<\/p><\/div>\n

Pertama kalinya merangkak di dalam gua sempit yang dasarnya dialiri sungai dangkal, rasanya saya seperti berada di dalam usus! Gua ini berwarna gelap pekat. Langit-langitnya rendah, seluruh permukaan tidak rata akan berbagai formasi batu kapur. Stalaktit menggantung dari atap, menggores pipi kami kalau tidak hati-hati. Aliran air kencang, meskipun dangkal. Dengan cahaya yang mini dari lampu di kepala, kami merangkak-rangkak di dasar sungai yang tak rata sambil terkadang agak terseret aliran air. Ketika sungai sedikit dalam, kita dapat melaju di atas ban. Asyik deh, menyelusuri sungai gua panjang dengan cara ini!<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Kiri: menyusuri gua. Kanan: melewati gua berlangit-langit rendah.<\/p><\/div>\n

Kami tiba di suatu lorong gua yang sangat sempit dan cukup kering. Dalam kondisi kami yang basah kuyup dan kedinginan, si pemandu membagikan snack berupa marshmallow berlapis coklat berbentuk ikan! Cukup besar ukurannya, cukup untuk melenyapkan rasa letih kami. Sudah pernah nonton the Lord of the Rings, belum? Makan “ikan” di gua gelap begini membuatku serasa menjadi Gollum, yang makanan favoritnya adalah ikan mentah. Aku yakin marshmallow ikan ini biasa saja rasanya. Tapi berhubung kami sedang lapar, kedinginan, dan berada di bawah tanah di dalam gua yang unik, marshmallow ini terasa benar-benar lezat.<\/p>\n

\"Kiri:<\/a>

Kiri: Marshmallow ikan lapis coklat. Kanan: Gollum dengan ikan segar, makanan favoritnya. (Foto dari berbagai sumber)<\/p><\/div>\n

Akhirnya kami mencapai bagian gua yang berhiaskan glowworm. Pandangan pertama akan cacing bersinar ini benar-benar tak terlupakan. Rasanya seperti melihat langit bertaburan bintang di malam hari, hanya saja bintang-bintang ini begitu besar dan semunya berkilau biru. Langit-langit gua di sini sangat rendah, dan kami mengapung terlentang tepat di bawahnya. Rasanya kami dapat menjangkaunya dengan tangan, namun mereka sangat rapuh, jadi lebi baik kalau kami tidak mengganggu mereka.<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Glowworm, si cacing berkilau<\/p><\/div>\n

Mungkin sekarang anda penasaran, apakah cacing berkilau ini sebenarnya. Glowworm asal Selandia Baru ini adalah larva berbentuk belatung dari serangga bersayap 2 yang bernama ilmiah Arachnocampa luminosa. Panjangnya ketika menetas adalah 3 mm, dan dalam jangka 9 bulan, mereka akan tumbuh sepanjang korek api. Dalam masa mudanya sebagai larva, serangga ini tampak bersinar biru akibat proses bioluminescence di badan bagian belakang, untuk menarik perhatian mangsa sekaligus untuk membakar “kotoran” yang diproduksinya.<\/p>\n

(Tunggu sebentar, Dina! Jadi maksudnya bintang-bintang biru tadi adalah pup bersinar?)<\/p>\n

Dilihat dari dekat, maka akan terlihat pula batang-batang tirai putih transparan menggantung dari langit-langit. Inilah tirai lem yang dihasilkan oleh glowworm untuk memperangkap serangga lain yang tertarik oleh sinar biru tersebut. Glowworm menyukai gua karena suasananya lembab, gelap, dan tak berangin. Mereka suka tinggal di langit-langit supaya bisa menggantungkan tirai perekat tadi. Gelap, agar sinar birunya terlihat. Tidak berangin, supaya tirai-tirainya tidak cepat kering dan tidak menempel satu sama lain. Gua lembab bersungai seperti ini sifatnya ideal bagi mereka.<\/p>\n

Ada yang penasaran tentang kehidupan serangga glowworm ketika telah dewasa? Setelah 9 bulan hidup sebagai larva berkilau biru, mereka memasuki masa kepompong selama 13 hari. Setelah keluar dari kepompong, serangga ini menyerupai lalat besar tak bermulut. Lho, benar? Tidak bermulut? Bagaimana cara makannya? Bad news untuk mereka, mereka tidak bisa makan. Sebelum mereka mati kelaparan, mereka harus cepat-cepat mencari pasangan kawinnya. Kalau kebetulan kamu adalah sang betina, kemungkinan besar telah ada sang jantan menunggumu ketika kamu terlahir kembali dari kepompong. Jangan harap ada waktu luang untuk berdandan! Kusut-kusut begitu, kamu akan kawin kilat, bertelur, dan mati. Ini semua terjadi dalam jangka waktu beberapa hari saja.<\/p>\n

Fiuh! Ada yang ingin jadi glowworm?<\/p>\n

Perjalanan kami pun berlanjut….<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Di dalam gua<\/p><\/div>\n

Akhirnya yang telah mereka janjikan pun tiba: air terjun bawah tanah. Seperti yang telah kami coba sewaktu berlatih, kami harus melompat ala nggeblak ke belakang. Hanya saja kali ini kami berada di dalam gua yang gelap, sehingga kami tidak bisa melihat dasar air terjun. Yang bisa kami lihat adalah aliran air yang menghilang, dan suara gemuruh air terjun. Sialnya suami saya menawarkan diri jadi peloncat pertama, dan giliran saya pun tiba dengan cepat. Saya harus berjalan di dinding air terjun tanpa terpeleset, mencari tempat strategis untuk melompat. Ya, melompat ke dalam kegelapan kelam. Tidak ada apapun yang terlihat, hanya hitam. Seberapa tinggi air terjun ini? Di manakah dasarnya? Mau melompat dekat-dekat, takut menabrak dinding air terjun. Mau lompat jauh-jauh, bisa-bisa menabrak dinding gua di sisi lain. Jantung saya sepertinya berdetak 300 kali per menit, dan kaki saya layu loyo seperti sayuran yang telah digodok selama 20 menit. Bagaimana kalau pantat saya meleset dari ban? Bagaimana kalau saya terseret aliran sungai dan menghilang dalam kegelapan? Mau balik kucing di sini ya tidak mungkin, ini gua alami tanpa pintu exit. Kalau mau kembali, harus jalan balik sendiri melawan arus sungai dalam kegelapan, menuju “bolongan gua” di mana kita masuk 1-2 jam yang lalu.<\/p>\n

Si pemandu sudah memberi aba-aba.<\/p>\n

“Satu…” (Tunggu, yang benar saja, saya ndak bisa melihat apa-apa)<\/p>\n

“Dua…” (Duh, seberapa tinggi ini?)<\/p>\n

“Tiga…” (Tunggu-tunggu, jangan dorong, belum siap…)<\/p>\n

… dan si pemandu pun mendorong saya kencang-kencang…<\/p>\n

“Aaaaa…”<\/p>\n

Plung!<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Melompat di air terjun<\/p><\/div>\n

Walaupun sempat nabrak batu akibat lompatan yang loyo, sempat meminum air sungai, sempat terseret arus, sempat gelagapan mencari suami yang sudah di bawah sana, ternyata saya selamat! Dan ternyata setelah dirasa-rasa, asyik juga! Jadinya saya tidak sepanik itu di perloncatan berikutnya.<\/p>\n

Perjalanan selanjutnya lebih mudah. Sungai melebar dan mendalam, jadi kami bisa mengapung santai di aliran lambat. Beberapa lampu spotlight dipasang untuk menonjolkan keindahan gua. Langit-langit tinggi sekali, kami bisa melihat stalaktit dan bintang-bintang biru dalam semi-kegelapan. Benar-benar damai. Kadang-kadang kami juga bisa melihat para turis pejalan di gua bagian atas, dan mereka pun bisa melihat kami mengapung di sungai di dasar gua.<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Asyik kan!<\/p><\/div>\n

Saat paling mengecewakan adalah ketika secarik sinar datang dari ujung gua. Secarik sinar yang semakin lama semakin kuat dan membesar. Sinar yang menandakan mulut gua telah dekat, akhir dari ekspedisi kami. Akhirnya petualangan kami pun usai, tepat setelah saya hampir mengelupaskan seluruh kulit wajah saya pada stalaktit rendah berukuran besar di mulut gua, yang entah bagaimana luput dari pandangan saya. Sebenarnya sang suami sudah melihat saya meluncur terlentang ke stalaktit rendah di belakang saya tersebut, namun sepertinya hal itu sangat lucu baginya, jadi dia sibuk tertawa, bukannya menyelamatkan saya!<\/p>\n

\"Gua<\/a>

Ekspedisi pun usai<\/p><\/div>\n

Betapa serunya! Petualangan ini benar-benar mengesankan, tak mungkin terlupakan. Salah satu momen favorit perjalanan kami! Kalau anda pergi ke Pulau Utara Selandia Baru, pastikan supaya mampir ke Gua Waitomo ini, dan kemudian bagi pengalamanmu di sini!<\/p>\n

Pesan dan kesan? Tulis di kolom comment di bawah ini \ud83d\ude42<\/p>\n

\"Ban<\/a>

Cincin LOTR<\/p><\/div>\n

Catatan:<\/p>\n